Pembeli Minati Rumah di Australia karena Untung Selisih Kurs

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Rabu, 20 Mei 2020 14:01 WIB

Rumah mewah di kawasan utara Kota Sydney, Australia. Realestate.com

TEMPO.CO, Sydney - Sejumlah pembeli dari Hongkong dan Taiwan membeli sejumlah rumah mewah di kawasan utara Australia menyusul pelemahan nilai tukar mata uang negeri Kangguru itu.

Sebuah rumah mewah di kawasan elit Lindfield, Sydney bagian utara, misalnya, dibeli seorang konsumen dari Hong Kong pada Jumat pekan lalu.

Pembelian dilakukan setelah inspeksi lewat aplikasi Facetime di iPhone atau lewat jarak jauh.

“Rumah itu terjual dengan harga sekitar 6 juta dolar Australia,” begitu dilansir Realestate.com pada Sabtu, 16 Mei 2020. Ini setara sekitar Rp58 miliar.

Penjualan rumah mewah ke pembeli Hong Kong ini terbilang cepat. Agen properti dari Ray White Upper North Shore baru menawarkan rumah itu secara online dua pekan sebelumnya.

Advertising
Advertising

“Kami menerima banyak minat dari pembeli kalangan atas untuk properti. Ini dipicu rendahnya nilai tukar dolar Australia, yang membuat calon pembeli mendapatkan keuntungan nilai tukar,” kata Lisa Davies, agen properti dari Ray White.

Situs Realestate.com melansir data properti rumah mewah tadi merupakan yang paling banyak dicari peminat untuk wilayah Kota Sydney.

Pembeli asal Hong Kong itu berencana pindah ke Sydney dalam satu atau dua tahun ini.

Ini merupakan rumah mewah kedua yang berhasil dijual dalam waktu tiga pekan oleh Davies.

Sebelumnya, dia juga berhasil menjual rumah mewah di area Killara, Sydney, dengan harga 6.3 juta dolar Australia atau sekitar Rp61 miliar.

Pembeli rumah ini adalah keluarga ekspatriat yang tinggal di Taiwan. “Harga rumah ini lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya,” kata Davies.

Menurut dia, ada stok terbatas rumah mewah namun hanya sedikit calon pembeli. Ada peminat cukup banyak untuk rumah mewah menurut Davies.

Secara terpisah, situs 7News dari Australia melaporkan pasar properti khususnya rumah tinggal diprediksi mengalami penurunan akibat wabah virus Corona.

Menurut Gemma Acton, pengamat keuangan dan properti, kondisi ekonomi yang kuat mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuat harga rumah tumbuh.

Ini membuat bank tertarik membiayai kredit rumah dan para calon pembeli berminat mencari rumah.

“Saat ini, kita melihat tren yang sebaliknya,” kata Acton.
Saat ini, para penjual rumah adalah orang-orang yang membutuhkan uang. Namun, para pembeli rumah justru bisa menunggu hingga mendapatkan harga yang tepat.

Saat ini, sejumlah orang di Australia merasa kesulitan menyewakan rumah atau properti yang dimiliki. Tingkat pembayaran uang sewa juga cenderung turun. Ini menjadi masalah tersendiri bagi para pemilik properti dan bank penyalur kredit rumah.

Berita terkait

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

3 jam lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

5 jam lalu

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

Kepolisian Australia mengkonfirmasi telah menembak mati seorang remaja laki-laki, 16 tahun, karena penikaman dan tindakan bisa dikategorikan terorisme

Baca Selengkapnya

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

1 hari lalu

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

Banyak bar dan pub di Kota Perth buka sampai tengah malam, ramai dikunjungi wisatawan dan warga lokal tapi tertib dan bebas asap rokok.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

1 hari lalu

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

Salah satu warisan budaya Aborigin adalah pengetahuan tentang tanaman herbal dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

1 hari lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Mampir ke Jakarta Tzuyu TWICE Bagi Makna Kecantikan hingga Pose di Jalur Evakuasi

2 hari lalu

Mampir ke Jakarta Tzuyu TWICE Bagi Makna Kecantikan hingga Pose di Jalur Evakuasi

Tzuyu membagikan beberapa momen saat di Jakarta

Baca Selengkapnya

Taiwan Beri Subsidi untuk Turis yang Traveling ke Kota Bekas Gempa Hualien dan Taitung

2 hari lalu

Taiwan Beri Subsidi untuk Turis yang Traveling ke Kota Bekas Gempa Hualien dan Taitung

Wisatawan yang melakukan tur mandiri di Hualien dan Taitung Taiwan dapat menerima subsidi hingga Rp 494 ribu.

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

2 hari lalu

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

Optus Stadium Perth bukan hanya tempat untuk acara olahraga, tetapi juga tuan rumah berbagai konser musik, pertunjukan, dan acara khusus lainnya

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

3 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya