Trump Bakal Minta Ganti Rugi Besar ke Cina Soal Virus Corona

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 28 April 2020 17:48 WIB

Presiden AS Donald Trump menghadiri pengarahan harian gugus tugas virus Corona di Rose Garden di Gedung Putih di Washington, AS, 14 April 2020. Amerika Serikat adalah donor keseluruhan terbesar untuk WHO yang berbasis di Jenewa, menyumbang lebih dari US$ 400 juta (Rp 6,2 triliun) pada 2019, sekitar 15% dari anggarannya. [REUTERS / Leah Millis]

TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bakal meminta ganti rugi kepada cina terkait penyebaran wabah virus Corona.

Saat ini, AS menempati urutan pertama negara dengan korban infeksi virus Corona terbanyak yaitu nyaris satu juta orang dengan 56 ribu orang meninggal. Total korban terinfeksi di seluruh dunia mencapai sekitar tiga juta orang dengan 211 ribu orang meninggal di 185 negara.

“Kita punya cara yang lebih mudah soal ini,” kata Trump dalam jumpa pers pada Senin, 27 April 2020 seperti dilansir Daily Mail.

Ide untuk meminta ganti rugi ini muncul setelah salah satu media Jerman yaitu Bild memuat foto tagihan dengan nilai US$160 miliar atau sekitar Rp2.500 triliun untuk kerugian ekonomi akibat penutupan kegiatan perusahaan yang disebabkan penyebaran wabah virus Corona ini di Jerman.

Trump mengisyaratkan akan meminta jauh lebih besar dibandingkan yang jumlah ang muncul di media Jerman.

Advertising
Advertising

Selama ini, Trump meminta pemerintah Cina untuk memberi akses kepada tim dari AS untuk memeriksa laboratorium virus di Kota Wuhan, Hubei, Cina bagian tengah setlah merebaknya wabah virus Corona di kota itu pada Desember 2019.

“Jerman melihat sejumlah hal, kami melihat sejumlah hal. Kami bicara jumlah uang jauh lebih banyak dibandingkan yang dibicarakan Jerman,” kata Trump.

“Kami belum menetapkan jumlah uang finalnya. Tapi sangat besar,” kata Trump.

Konsep meminta tagihan ganti rugi kepada Jerman yang diusulkan media Jerman itu tidak mendapat dukungan dari Menlu Heiko Mass. Dia menyebutnya sebagai ilusi.

Secara terpisah, jumlah korban meninggal di AS akibat infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa mencapai lebih dari 74 ribu orang pada Agustus 2020.

Angka ini merupakan hasil prediksi dari University of Washington, yang hasil analisisnya kerap dikutip oleh pejabat Gedung Putih dan pejabat kesehatan setempat.

“Institut for Health Metrics and Evaluation dari University of Washington menaikkan angka prediksinya,” begitu dilansir Channel News Asia pada Selasa, 28 April 2020.

Jumlah korban ini bisa terjadi pada 4 Agustuts 2020. Sepekan sebelumnya, jumlah korban meninggal diperkirakan sebesar 67 ribu orang. Dan dua pekan lalu, prediksinya sebanyak 60 ribu orang korban meninggal.

Namun, angka terbaru ini terlihat turun drastis dari angka prediksi sebulan lalu yang memperkirakan jumlah korban meninggal sebanyak 90 ribu orang akibat infeksi virus Corona.

Berita terkait

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

10 jam lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

12 jam lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

15 jam lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

18 jam lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

1 hari lalu

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

Pemerintah Cina turun tangan mempertemukan dua kelompok berseteru di Palestina yaitu Fatah dan Hamas

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

1 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

1 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

2 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

2 hari lalu

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.

Baca Selengkapnya