Trump Kaji Pemecatan Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat

Minggu, 26 April 2020 13:27 WIB

Presiden AS Donald Trump berdiri di depan slide pada monitor video presentasi "Fase Satu" dari rencana pemerintahannya untuk "Opening Up America Again" selama pengarahan harian gugus tugas virus Corona di Gedung Putih di Washington, AS, 16 April 2020 [REUTERS / Leah Millis]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Donald Trump dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk memecat Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat-nya, Alex Azar. Hal tersebut menyusul terbitnya laporan Reuters bahwa Azar melakukan sejumlah kesalahan pada tahap awal penanganan Corona. Di sisi lain, pandemi virus Corona di Amerika terus memburuk.

"Banyak pihak gerah dengan cara Azar menangani virus Corona. Namun, di satu sisi, mereka juga kesulitan melakukan perubahan besar di saat virus Corona sudah memakan korban hingga 53 ribu orang," sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad, 26 April 2020.

Salah satu langkah Azar yang disorot adalah keputusannya mengangkat pejabat minim pengalaman untuk mengawasi penanganan harian virus Corona. Pejabat yang diangkat Azar tersebut adalah Brian Harrison.

Mengutip Reuters, Harrison tidak punya banyak pengalaman di bidang kesehatan masyarakat. Dibandingkan kesehatan masyarakat, Harrison lebih banyak berkecimpung di bidang pengembangbiakkan hewan, terutama anjing. Mengutip Reuters, Harrison kerap disindir sebagai peternak anjing di Kementerian Kesehatan.

Selain keputusannya mengangkat peternak anjing untuk menangani virus Corona, Azar juga dianggap lamban memperingatkan masyarakat. Amerika baru gencar memperingatkan masyarakat soal virus Corona sekitar akhir Februari sementara virusnya sendiri, ternyata, sudah masuk sejak Januari.

Tidak berhenti di situ, Azar juga disebut lamban memproduksi alat pelindung diri dan alat tes untuk virus Corona. Ketika alat tes berhasil diproduksi, dengan melibatkan CDC, hasilnya malah tidak akurat. Alhasil, tes di Amerika sempat bermasalah selama lebih dari sepekan.

Kesalahan-kesalahan itu tidak sebanding dengan kapasitas departemen Azar yang raksasa. Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat (HHS) diketahui beranggaran US$1,3 triliun dan memiliki otoritas mengwasi segala hal yang berkaitan dengan kesehatan publik.

Dimintai tanggapan, HHS mengatakan bahwa yang bersangkutan tengah sibuk menangani virus Corona. Oleh karenanya, tidak memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan soal kinerjanya. Sementara itu, Gedung Putih membantah kabar Azar akan dipecat.

"Segala spekulasi tentang personel kami adalah hal yang tidak bertanggung jawab dan mengganggu respon kami terhadap COVID-19," ujar juru bicara Gedung Putih, Judd Deere, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Dalam laporan Reuters, yang juga mengacu pada laporan Wall Street Journal dan Politico, ada tiga orang yang dipertimbangkan Trump menggantikan Azar. Mereka adalah Koordinator Virus Corona di Gedung Putih Deborah Birx, Kepala Pusat Medicare dan Medicaid Seema Verma, dan Pejabat HHS Eric Hargan.

Amerika, sejauh ini, tercatat memiliki 960.896 kasus dan 54.265 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).

ISTMAN MP | REUTERS | POLITICO | WALL STREET JOURNAL

Berita terkait

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

12 jam lalu

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

Jika Trump jadi dipenjara, Amerika bisa jadi akan menghadapi momen yang belum pernah terjadi: Seorang mantan presiden AS berada di balik jeruji besi.

Baca Selengkapnya

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

13 jam lalu

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

Stormy Daniels, bintang film dewasa yang menjadi pusat persidangan uang tutup mulut mantan presiden Donald Trump, akan bersaksi

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

16 jam lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

1 hari lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

1 hari lalu

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

Sebuah mobil menabrak pagar Gedung Putih pada Sabtu malam. Sopir langsung tewas di tempat kejadian.

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

1 hari lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

4 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya