Presiden El Salvador Bawa Tentara Serbu Gedung Parlemen

Selasa, 11 Februari 2020 22:00 WIB

Tentara berdiri di dalam kongres nasional ketika presiden El Salvador Nayib Bukele mendorong pengesahan dana untuk rencana keamanan pemerintah di San Salvador, El Salvador.[Victor Pena / Reuters]

TEMPO.CO, Jakarta - Tentara dan petugas polisi bersenjata mengiringi Presiden El Salvador Nayib Bukele saat dia menyerbu parlemen pada Ahad sore.

Presiden menuntut agar anggota parlemen oposisi memberikan suara untuk menyetujui rencananya mendapatkan pinjaman US$ 109 juta atau Rp 1,5 triliun, yang menurutnya akan digunakan untuk melengkapi personel militer dan petugas penegak hukum mengatasi kekerasan antar-geng.

Menurut laporan CNN, 11 Februari 2020, ketegangan telah meningkat antara presiden dan anggota parlemen oposisi atas pinjaman, yang dimaksudkan untuk membiayai fase ketiga Rencana Pengendalian Teritorial. Rencana ini mencakup sumber daya tambahan untuk memberi polisi dan tentara alat yang lebih baik untuk memerangi kejahatan di El Salvador.

El Salvador tercatat memiliki salah satu tingkat pembunuhan tertinggi di dunia.

Menurut angka-angka dari Kepolisian Sipil Nasional El Salvador, rata-rata pembunuhan harian di negara itu turun dari 9,2 pada Mei 2019, bulan sebelum Bukele menjabat, menjadi 3,8 pada Januari 2020. Pemerintah mengklaim bahwa penurunan jumlah kematian adalah langsung hasil dari Rencana Kontrol Teritorial.

Advertising
Advertising

Presiden terpilih El Salvador, Nayib Bukele, dan istri Gabriella de Bukele. Reuters

"Saya mendukungnya (presiden)," kata Rosario, 36 tahun, yang saat ini menganggur, di luar majelis legislatif Minggu setelah presiden berbicara kepada publik, dikutip dari Al Jazeera.

"Kami hanya ingin memperbaiki negara dengan segala cara yang mungkin," tambahnya. Tetapi kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan tindakan presiden semacam tabir asap yang mengancam keseimbangan pemisahan kekuasaan di negara ini.

Dalam sebuah konferensi pers, Bukele menuduh majelis legislatif menggunakan konstitusi dengan cara yang tidak menguntungkan rakyat Salvador, mengulang kritikannya terkait pejabat korup. Dia menggunakan Pasal 167 konstitusi negara itu, yang mengatakan presiden dapat menyelenggarakan majelis nasional negara itu secara luar biasa "ketika kepentingan Republik menuntutnya".

Ketika mengajukan klausul ini, dia berjanji warga negara untuk menggunakan konstitusi untuk keuntungan mereka. Namun keputusan itu memicu krisis konstitusi ketika para legislator, pakar, dan kelompok hak asasi manusia memperdebatkan apakah situasinya pantas menggunakan klausul ini.

Pada saat pemilihannya, Bukele dipandang oleh banyak orang sebagai orang luar, kandidat populis, yang berkampanye dengan slogan-slogan mengkritik mereka yang datang sebelum dia, dan menyindir hilangnya dana selama kepengurusan mantan presiden Francisco Flores dan Antonio Saca.

Anggota parlemen sebelumnya gagal mencapai kesepakatan tentang proposal Bukele karena kekhawatiran tentang besarnya pinjaman dan justifikasi presiden atas beberapa biaya yang telah dia masukkan ke dalam permohonan pinjaman.

Setelah menyerbu parlemen, Bukele mengucapkan doa dari kursi yang biasanya diduduki oleh presiden parlemen, Mario Ponce. Sebelum meninggalkan gedung, Nayib Bukele memberi anggota parlemen El Salvador satu minggu untuk menyetujui proposal pinjamannya.

Berita terkait

Israel Resmi Menutup Operasional Al Jazeera

1 hari lalu

Israel Resmi Menutup Operasional Al Jazeera

Lewat pemungutan oleh anggota parlemen Israel, operasional Al Jazeera di Israel resmi ditutup karena dianggap menjadi ancaman keamanan

Baca Selengkapnya

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

7 hari lalu

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

7 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

8 hari lalu

Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

Naim berasal dari keluarga dokter dan dokter gigi. Dia hidup gelimang kebahagiaan, namun penjajahan Israel telah membuat hidupnya hampa.

Baca Selengkapnya

Tentara Somalia Diduga Menyelewengkan Bantuan Makanan

8 hari lalu

Tentara Somalia Diduga Menyelewengkan Bantuan Makanan

Sejumlah tentara Somali ditahan karena diduga melakukan korupsi dengan menyelewengkan donasi makanan

Baca Selengkapnya

Profil Maulwi Saelan Cs, Tentara Bawa Harum Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956

9 hari lalu

Profil Maulwi Saelan Cs, Tentara Bawa Harum Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah berlaga di Olimpiade Melbourne pada 29 November 1956. Maulwi Saelan cs berhasil melaju hingga perempat final.

Baca Selengkapnya

Kronologi Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

12 hari lalu

Kronologi Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Berikut adalah kronologi hilangnya perwira tentara AS atau US Army dari satuan Aviation Officer. Ia hilang di tengah hutan Karawang.

Baca Selengkapnya

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

26 hari lalu

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

Sekitar 44 juta warga Korea Selatan akan memberikan suaranya dalam pemilu yang akan menentukan sisa masa kepemimpinan Presiden Yoon Suk yeol.

Baca Selengkapnya

Oposisi Korea Selatan Diprediksi Menang dalam Pemilu Legislatif, Jadi Ganjalan untuk Presiden Yoon

26 hari lalu

Oposisi Korea Selatan Diprediksi Menang dalam Pemilu Legislatif, Jadi Ganjalan untuk Presiden Yoon

Partai oposisi utama Korea Selatan dan sekutu-sekutunya diperkirakan akan memenangkan mayoritas dalam pemilihan legislatif

Baca Selengkapnya

Militer Israel Mengakui 600 Tentara Tewas di Gaza Sejak 7 Oktober

35 hari lalu

Militer Israel Mengakui 600 Tentara Tewas di Gaza Sejak 7 Oktober

Nadav Cohen juga menjadi prajurit ke-256 yang tewas sejak operasi darat Israel ke Gaza dimulai.

Baca Selengkapnya