Perdamaian Timur Tengah Trump Untungkan Israel daripada Palestina

Kamis, 30 Januari 2020 12:00 WIB

Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjalan ke Kantor Oval Gedung Putih di Washington DC. [Kevin Lamarque / Reuters]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump berdiri di samping Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ketika Trump mengungkap "Perjanjian Abad ini" untuk perdamaian Palestina dan Israel pada Selasa kemarin di Gedung Putih.

Namun, absennya perwakilan Palestina dan para pemimpin Palestina menegaskan penolakan rencana tersebut. Permukiman yang diusulkan lebih mengutamakan prioritas Israel daripada membuat kedua belah pihak membuat konsesi yang signifikan.

Di awal masa kepresidenannya Trump pernah mengungkap akan membuat perjanjian Palestina-Israel dan perjanjian damai terbesar yang pernah dibayangkan. Tiga tahun kemudian, menantunya sekaligus penasihat senior untuk Timur Tengah, Jared Kushner, mengungkapkan rancangan perjanjian.

Lalu apa sebenarnya isi Perdamaian Timur Tengah ala Trump?

Dikuti dari New York Times, 30 Januari 2020, Amerika Serikat telah lama menyuarakan dukungan untuk pembentukan negara Palestina dengan hanya sedikit penyesuaian pada batas-batas Israel yang ada sebelum perang Arab-Israel tahun 1967, ketika Israel merebut Tepi Barat dari Yordania, dan Gaza dari Mesir.

Advertising
Advertising

Alih-alih, rencana Trump setebal 181 halaman itu mengusulkan Tepi Barat yang penuh dengan potongan-potongan wilayah Israel yang saling berhubungan yang berisi permukiman Yahudi, banyak dari mereka sebagian besar dikelilingi oleh tanah Palestina. Bagi Palestina, itu berarti menyerahkan klaim atas sejumlah besar tanah Tepi Barat termasuk tempat-tempat di mana Israel telah membangun permukiman selama setengah abad terakhir dan daerah-daerah strategis di sepanjang perbatasan Yordania. Sebagian besar dunia menganggap permukiman itu ilegal.

Kerangka kerja ini juga mengesampingkan tujuan lama negara Palestina yang sepenuhnya otonom. Sebaliknya, Trump secara samar-samar berjanji bahwa Palestina dapat "mencapai negara merdeka sendiri" tetapi memberikan beberapa detail, sementara Netanyahu mengatakan kesepakatan itu menyediakan "jalan menuju negara Palestina".

Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa jika terpilih kembali, ia akan memperluas tanah jajahan Israel atas Lembah Yordan, 10 September 2019. [Avshalom Sassoni / Jerusalem Post]

Orang-orang Palestina tidak menyukai rencana itu, meskipun kesepakatan itu memberi waktu empat tahun bagi mereka untuk terlibat dalam pembicaraan permukiman baru. Selama waktu itu, Israel akan menahan diri untuk tidak membangun permukiman di bagian-bagian Tepi Barat yang telah ditetapkan rencana itu untuk Palestina.

Usulan Amerika sebelumnya berbicara tentang memindahkan puluhan ribu warga Israel dari permukiman untuk mengembalikan daerah-daerah tersebut ke Palestina untuk dimasukkan dalam negara mereka, tetapi rencana Trump berjanji untuk meninggalkan pemukim dan warga Palestina di tanah yang mereka tempati saat ini.

Rencana itu juga membayangkan ibu kota Palestina di "Yerusalem timur," di tepi luar kota di luar batas keamanan Israel, sambil menjamin kedaulatan Israel atas seluruh Yerusalem. Kota ini adalah situs suci bagi kepercayaan Yahudi, Muslim dan Kristen dan telah lama menjadi titik penting dalam negosiasi perdamaian.

Netanyahu kemudian mengklarifikasi bahwa ibu kota Palestina yang diusulkan akan berada di Abu Dis, sebuah desa Palestina di pinggiran kota suci.

Rencana tersebut mengusulkan hubungan transportasi antara wilayah Palestina yang tidak terhubung di Tepi Barat dan Gaza. Tetapi elemen dari rencana yang mungkin terbukti sebagai satu-satunya efek abadi adalah pengakuan Amerika atas klaim Israel atas Lembah Yordan dan semua permukiman Yahudi di Tepi Barat.

Proposal itu memberikan persetujuan Amerika terhadap rencana Israel untuk mendefinisikan kembali perbatasan negara itu dan secara resmi mencaplok permukiman di Tepi Barat dan Lembah Yordan yang telah lama berusaha dikendalikan Israel.

Perjanjian itu akan membuat bagian Tepi Barat dari negara potensial Palestina dikelilingi oleh Israel. Pasukan Israel merebut Tepi Barat dari Yordania selama perang 1967, dan permukiman Israel terus merambah wilayah tersebut selama beberapa dekade sejak itu, sebuah langkah yang sebagian besar dikutuk secara internasional.

Berita terkait

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

4 jam lalu

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

Yang mencuat di KTT OKI di Gambia, mulai dari seruan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi soal Palestina dan negara islam lainnya

Baca Selengkapnya

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

5 jam lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

5 jam lalu

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

Jika Trump jadi dipenjara, Amerika bisa jadi akan menghadapi momen yang belum pernah terjadi: Seorang mantan presiden AS berada di balik jeruji besi.

Baca Selengkapnya

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

6 jam lalu

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

Stormy Daniels, bintang film dewasa yang menjadi pusat persidangan uang tutup mulut mantan presiden Donald Trump, akan bersaksi

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

7 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

7 jam lalu

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

7 jam lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

8 jam lalu

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

Suara pro-Palestina, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mengatakan perusahaan Lockheed Martin dan MBDA harus dilarang

Baca Selengkapnya

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

8 jam lalu

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Gustavo Petro, Presiden Kolombia ini menyatakan sikap negaranya memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena genosida di Gaza Palestina.

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

8 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya