Menlu Taiwan Sebut Potensi Konflik Militer dengan Cina

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 7 November 2019 16:31 WIB

Foto satelit yang dirilis Asian Maritime Transparency Initiative, pada 23 Februari 2016, memperlihatkan Tiongkok kemungkinan sedang membangun instalasi radar di pulau-pulau di kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan. Kepulauan Spratly menjadi sengketa antara Tiongkok, Filipina, Taiwan, Vietnam, Malaysia, dan Brunai. REUTERS/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/DigitalGlobe

TEMPO.CO, Taipei – Pemerintah Cina bisa menempuh jalur konflik militer dengan Taiwan untuk mengalihkan tekanan domestik jika terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua dunia itu.

Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, mengatakan perlambatan ekonomi Cina itu bisa berdampak pada menurunnya legitimasi Partai Komunis Cina.

“Jika stabilitas internal menjadi isu serius, atau perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi isu sangat serius bagi para pemimpin tertinggi untuk diatasi, itu merupakan hal yang kami perlu sangat hati-hati,” kata Wu seperti dilansir Reuters pada Kamis, 7 November 2019.

Wu mengatakan,”Kami harus bersiap untuk situasi terburuk… misalnya konflik militer.”

Saat ini, perekonomian Cina masih tumbuh namun akan melambat menjadi terlambat dalam 30 tahun terakhir.

Advertising
Advertising

Ini menunjukkan tantangan yang dihadapi Beijing untuk meningkatkan stimulus ekonomi agar pertumbuhan terus berlanjut. Ini merupakan hal fundamental bagi legitimasi politik Partai Komunis Cina.

Menurut Wu, kondisi ekonomi Cina saat ini terbilang Ok. Namun, dia mendesak semua negara mencermati karena ada masalah di sana seperti pengangguran dan ketidakpuasan umum.

“Mungkin (Presiden Cina) Xi Jinping sendiri menjadi dipertanyakan legitimasinya karena tidak mampu membuat pertumbuhan ekonomi Cina terus berlanjut,” kata Wu.

“Ini bisa menjadi faktor yang mungkin digunakan para pemimpin Cina untuk melakukan tindakan eksternal untuk mengalihkan perhatian domestik,” kata dia.

Selama, militer Cina dianggap Barat bersikap agresif dengan membangun sejumlah pangkalan militer di Laut Cina Selatan. Cina juga memasang sejumlah rudal canggih yang bisa menyasar kapal perang negara Barat seperti Amerika Serikat.

Menurut Wu, agresi militer Cina di wilayah ini menjadi semakin serius. Dia mengatakan Taiwan berusaha agar perdamaian terus terjadi di Selat Taiwan.

“Kami berharap Taiwan dan Cina dapat hidup damai. Tapi kami juga melihat ada masalah yang ditimbulkan Cina. Kami berusaha menanganinya,” kata dia.

Berita terkait

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

4 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

5 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

6 jam lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

20 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

1 hari lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

1 hari lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

1 hari lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya