Pertumbuhan Ekonomi Cina Melambat, Terendah Dalam Tiga Dekade

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Sabtu, 19 Oktober 2019 14:08 WIB

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (kanan) dengan Wakil PM Cina, Liu He, di Gedung Putih pada Jumat, 11 Oktober 2019. Reuters

TEMPO.CO, Cina – Pertumbuhan ekonomi Cina mengalami perlambatan ke titik terendah dalam tiga dekade terakhir.

Ini karena negara ekonomi terbesar dunia ini mengalami dampak dari perang dagang dengan Amerika Serikat.

“Ketegangan dagang dengan AS menjadi faktor kunci yang memberatkan bagi sentimen bisnis dan aktivitas ekonomi meskipun ada stimulus dalam negeri untuk melindungi pelemahan ekonomi,” kata Chaoping Zhu, ahli strategi market global dari JP Morgan Asset Management, seperti dilansir CNN pada Jumat, 18 Oktober 2019.

Pertumbuhan produk domestik bruto tercatat naik 6 persen selama tiga bulan hingga 30 September 2019. Ini merupakan pertumbuhan ekonomi per kwartal terlemah sejak 1992.

Angka ini menunjukkan penurunan dari 6.2 persen pada April – Juni seperti dilansir data statistik pemerintah pada Jumat, 18 Oktober 2019. Angka kwartal ketiga ini juga menunjukkan capaian lebih rendah dari proyeksi analis yaitu 6.1 persen seperti terekam dalam jajak pendapat oleh Refinitiv.

Advertising
Advertising

Angka pertumbuhan ekonomi yang lemah ini muncul setelah sepekan AS dan Cina mencapai gencatan senjata perang dagang untuk menghindari kerusakan ekonomi kedua negara terbesar ini.

“Negosiasi berjalan berdampak positif pada sentimen bisnis tapi mayoritas tarif AS terhadap impor dari Cina masih berlaku,” kata Zhu.

Reuters melansir perang dagang antara AS dan Cina terjadi sejak pertengahan 2018. AS menilai perusahaan Cina melakukan praktek pencurian hak kekayaan intelektual sehingga merugikan perusahaan AS, yang memproduksi sejumlah produk berteknologi tinggi.

AS juga sempat menyebut Cina melakukan manipulasi nilai tukar mata uang untuk mendorong pertumbuhan ekspor dan meningkatkan pendapatan devisa dolar.

Cina membantah tuduhan ini dengan menyebut tidak ada pencurian teknologi. Beijing juga mengatakan tidak ada aturan transfer teknologi terhadap perusahaan AS yang berbisnis di Cina.

Otoritas Cina juga menampik tudingan melakukan manipulasi nilai tukar mata uang yuan untuk mendorong pertumbuhan ekspor. Cina mengontrol nilai tukar mata uang dengan memberikan ruang naik dan turun sebanyak 2 persen per hari.

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

7 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

11 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

11 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

12 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

2 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya