Huawei Bakal Luncurkan Ponsel Terbaru Pasca Diboikot Amerika

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Jumat, 20 September 2019 06:01 WIB

Huawei Consumer Business Group CEO Richard Yu memperkenalkan smartphone Huawie Ascend Mate 2 4G saat berlangsungnya acara Consumer Electronics Show (CES) di las Vegas, (6/1). (AP Photo/Julie Jacobson)

TEMPO.CO, Beijing – Perusahaan telekomunikasi raksasa asal Cina, Huawei, bakal meluncurkan ponsel tercanggih yang tidak menggunakan ekosistem aplikasi buatan Google.

Ponsel bernama Mate 30 ini akan diluncurkan di Munich pada Kamis, 19 September 2019 waktu setempat.

“Ini merupakan ponsel cerdas pertama Huawei yang diluncurkan ke pasar setelah masuk dalam daftar hitam perdagangan yang dirilis pemerintah AS pada Mei,” begitu dilansir CNN pada Kamis, 19 September 2019.

Larangan pemerintah AS itu membuat Huawei tidak bisa mengakses aplikasi dan layanan yang disediakan oleh Google, termasuk sistem operasi Android.

Uniknya, Mate 30 ini masih akan tetap menggunakan sistem operasi open source Android tapi tanpa akses ke toko digital Google Play Store atau aplikasi seperti Youtube, Gmail, dan Google Maps.

Advertising
Advertising

Aplikasi pihak ketiga seperti layanan transportasi dan pengantaran makanan secara digital yang menggunakan layanan Google Maps juga tidak bisa berfungsi.

Penjualan ponsel dan berbagai produk konsumer berkontribusi hingga 50 persen dari pendapatan tahun lalu. Tapi tanpa akses ke aplikasi populer, maka ponsel baru Huawei ini menjadi kurang menarik bagi pelanggan internasional.

Baru-baru ini, pendiri dan CEO Huawei, Ren Zhengfei, mengatakan penjualan ponsel global perusahaan turun 40 persen pasca larangan AS tadi.

Eropa merupakan kawasan penjualan menguntungkan bagi Huawei dengan seri Mate dan P, yang merupakan ponsel kelas atas. Perusahaan menjual 26.3 juta ponsel di Eropa Barat pada 2018 atau naik 60 persen dari tahun sebelumnya, seperti dilansir perusahaan riset pasar HIS Markit.

Ponsel baru Mate 30 bakal membantu penjualan perusahaan di Cina, yang merupakan pasar ponsel terbesar di dunia. Namun, perusahaan akan kesulitan menjual di luar Cina karena tidak adanya koneksi ponsel dengan Google Play Store.

“Bisnis Huawei di Eropa menjadi melemah,” kata Thomas Husson seperti dilansir CNN.

Huawei telah meluncurkan sistem operasi Harmony OS pada Agustus 2019. Namun, OS ini baru digunakan pada televisi cerdas dan piranti berjaringan lainnya tapi belum pada ponsel terbaru Mate 30.

Menurut Richard Yu, kepala grup bisnis Huawei, pembeli ponsel bisa mengunduh sendiri aplikasi Google. Ini bisa dilakukan karena sifat dari sistem operasi terbuka atau open source Android memungkinkan ini terjadi. Namun, Huawei menolak untuk menanggapi pernyataan Yu ini.

‘Akan sulit meyakinkan pembeli untuk membeli ponsel premium tanpa layanan Google,” kata Kiranjeet Kaur, seorang analis dari IDC soal ponsel baru Huawei. “Meski ada opsi lain, itu tidak akan langsung seperti sebelumnya dan ancaman layanan aplikasi itu tetap tidak bisa digunakan.”

Berita terkait

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

29 menit lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Anthony Sinisuka Ginting Dibungkam Shi Yu Qi, Indonesia Teringgal 0-1 dari Cina

Anthony Sinisuka Ginting tak mampu berbuat banyak dalam laga perdana final Piala Thomas 2024 melawan tunggal pertama Cina, Shi Yu Qi.

Baca Selengkapnya

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

5 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

6 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

21 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

1 hari lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

1 hari lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya