Putin Siapkan Retaliasi Soal Uji Coba Rudal Balistik Amerika
Sabtu, 24 Agustus 2019 08:01 WIB
TEMPO.CO, Moskow – Presiden Rusia, Vladimir Putin, memerintahkan tindakan serupa sebagai respon atas uji coba rudal balistik jarak menengah yang digelar militer Amerika Serikat pada pekan lalu.
Putin mengatakan uji coba rudal balistik itu menunjukkan bahwa AS memang berupaya memasang rudal balistik terlarang di seluruh dunia.
Ini terkait penjelasan Pentagon bahwa uji coba rudal balistik itu menyasar target pada jarak 500 kilometer.
Uji coba rudal balistik ini juga menandakan berakhirnya Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty atau INF, yang mengikat AS dan Rusia, pada 2 Agustus 2019.
“Semua ini menghilangkan semua keraguan bahwa tujuan utama dari AS adalah membuka ikatan tangannya agar bisa mengerahkan rudal yang terlarang dalam perjanjian sebelumnya di berbagai wilayah di dunia,” kata Putin pada Jumat, 23 Agustus 2019 seperti dilansir Reuters.
“Kami tidak pernah ingin, tidak ingin, dan tidak akan ditarik ke perlombaan senjata yang menimbulkan biaya besar bagi perekonomian dan menghancurkan,” kata Putin.
Dia juga mengatakan telah memerintahkan menteri Pertahanan Rusia untuk menganalisis ancaman terhadap negara. “Terkait tindakan AS dan mengambil langkah-langkah persiapan untuk memberi respon balasan,” kata dia.
Meski telah memberi perintah ini, Putin mengatakan tetap membuka peluang pembicaraan dengan AS dengan tujuan memperkuat saling percaya dan keamanan internasional.
Soal ini, pemerintah AS telah mengatakan tidak berencana dalam waktu dekat untuk mengerahkan rudal balistik berbasis darat di Eropa.
Baru-baru ini, menteri Pertahanan AS bertemu dengan pemerintah Australia. Namun, keduanya mengatakan tidak ada permintaan dari AS kepada Australia untuk menjadi lokasi penempatan rudal darat.
PM Australia, Scott Morrison, mengatakan negaranya tidak berniat menjadi lokasi penempatan rudal balistik ini. Dua negara yang disebut-sebut berpotensi menjadi lokasi penempatan rudal balistik ini adalah Jepang dan Korea Selatan.