Produsen Logam Tanah Jarang Cina Siap Balas Tarif Impor AS

Kamis, 8 Agustus 2019 17:30 WIB

Lanthanum logam rare earth cair dituangkan ke dalam cetakan di bengkel peleburan Perusahaan Jinyuan di dekat kota Damao di Daerah Otonomi Mongolia Dalam Tiongkok, 31 Oktober 2010. [REUTERS / David Gray]

TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi industri logam tanah jarang Cina siap menggunakan barang ekspornya sebagai senjata perang dagang untuk membalas tarif impor Amerika Serikat.

South China Morning Post melaporkan, 8 Agustus 2019, produsen Cina akan memberikan tarif apa pun pada ekspor mereka kepada pelanggan, yang akan berdampak pada harga magnet, motor, dioda pemancar cahaya dan ratusan perangkat lainnya, menurut sebuah asosiasi industri yang mewakili hampir 300 penambang, prosesor dan produsen produk berbasis bumi yang langka.

"Industri ini dengan tegas mendukung langkah-langkah balasan Beijing terhadap tarif impor AS untuk produk-produk Cina," kata Association of China Rare Earth Industry. "Konsumen AS harus menanggung biaya dari tarif yang diberlakukan AS."

Pernyataan oleh industri yang didominasi negara adalah tanda paling jelas bahwa Cina siap untuk mengubah simpanan tanah jarangnya menjadi senjata perdagangan, setelah setahun perundingan berakhir buntu.

Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor Cina pada 1 Agustus dengan menulis di Twitter bahwa dia akan menampar Cina dengan tarif impor 10 persen pada US$ 300 miliar produk Cina efektif per 1 September.

Advertising
Advertising

Cina memproduksi lebih dari 80 persen logam tanah jarang di dunia. Sebagian besar produk olahan logam tanah jarang dipakai untuk komponen ponsel cerdas, kendaraan listrik, turbin angin, dan peralatan militer dari radar hingga sensor.

Logam tanah jarang adalah sekelompok 17 elemen: lantanum, serium, praseodimium, neodimium, promethium, samarium, europium, gadolinium, terbium, disprosium, holmium, erbium, thulium, ytterbium, lutetium, skandium, yttrium, yang muncul dalam tanah dengan konsentrat rendah.

Reuters melaporkan pada 30 Mei, pada tahun 2017 Cina menyumbang 81 persen dari produksi tanah jarang di dunia, menurut data dari Survei Geologi AS.

Beberapa mineral logam tanah jarang sangat penting dalam peralatan militer seperti mesin jet, sistem panduan rudal, sistem pertahanan antirudal, satelit, serta laser.

Lantanum, misalnya, diperlukan untuk memproduksi perangkat penglihatan malam atau kacamata nightvision.

Departemen Pertahanan AS menyumbang sekitar 1 persen dari permintaan AS, yang menyumbang sekitar 9 persen dari permintaan global untuk logam tanah jarang, menurut laporan 2016 dari Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS.

AS mengimpor sebagian besar tanah jarang yang digunakannya dari Cina. Tahun lalu Amerika Serikat sempat menempatkan logam tanah jarang Cina pada daftar produk yang diusulkan untuk tarif impor, tetapi kemudian menghapus logam tanah jarang dari daftar.

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

6 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

6 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

7 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

4 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya