Pakistan Bakal Usir Perwakilan India Terkait Status Kashmir

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 8 Agustus 2019 14:33 WIB

Pasukan militer India berjaga-jaga sebelum dilakukan pembebasan pilot Angkatan Udara India Abhinandan, yang ditangkap Pakistan pada hari Rabu, di perbatasan Wagah, di pinggiran kota utara Amritsar, India, 1 Maret 2019. Pakistan membebaskan pilot India yang ditahan setelah pesawatnya ditembak jatuh di wilayah Kashmir. REUTERS/Danish Siddiqui

TEMPO.CO, Islamabad -- Pemerintah Pakistan mengatakan akan menurunkan tingkat hubungan diplomatik dengan India dan menangguhkan perdagangan bilateral terkait status Kashmir.

Ini dilakukan setelah New Delhi mengabaikan klaim wilayah Pakistan atas Kashmir, yang diperebutkan dengan India, dengan mencabut status khusus Kashmir. Pakistan juga akan mengusir Komisaris Tinggi India.

"Kami akan memanggil pulang duta besar kami dari Delhi dan memulangkan utusan mereka," kata Shah Mehmood Qureshi, menteri Luar Negeri Pakistan, saat mengumumkan soal ini lewat siaran televisi pada Rabu, 7 Agustus 2019 seperti dilansir Channel News Asia.

Dua negara tetangga yaitu Pakistan dan Cina, yang keduanya memiliki klaim kepemilikan wilayah atas Kashmir, menolak keras keputusan India mencopot status khusus Kashmir. Status khusus itu membuat Kashmir bisa membuat undang-undang sendiri.

Pemerintah Pakistan juga mengatakan akan menangguhkan perdagangan bilateral setelah menurunkan level hubungan diplomatik dengan India.

Advertising
Advertising

Seorang juru bicara kementerian Luar Negeri India tidak segera menanggapi permintaan komentar soal sikap Pakistan ini.

Kashmir telah dibagi antara India dan Pakistan sejak kemerdekaan mereka pada 1947. Pemerintah mencabut status khusus Kashmir dengan alasan untuk mengintegrasikan wilayah mayoritas Muslim ini sepenuhnya pada Senin, 5 Agustus 2019.

"Seluruh konstitusi akan berlaku untuk negara Jammu dan Kashmir," kata Amit Shah, menteri Dalam Negeri India, pada Senin lalu. Keputusan ini juga mengakhiri hak Kashmir untuk membuat undang-undang sendiri.

Langkah itu juga berarti pencabutan larangan pembelian properti oleh orang-orang dari luar negara bagian.

Sebelumnya, konstitusi juga telah mengalokasikan posisi di pemerintahan negara bagian untuk penduduk lokal, serta tempat-tempat perguruan tinggi. Ini merupakan upaya untuk menjaga Kashmir agar tidak dikuasai oleh orang-orang dari seluruh India.

Partai penguasa Perdana Menteri, Narendra Modi, telah mendorong untuk mengakhiri status konstitusional khusus Kashmir, dengan alasan bahwa undang-undang tersebut telah menghambat integrasinya dengan India.

Pakistan mengecam tindakan itu sebagai ilegal dan mengatakan bahwa itu tidak akan pernah dapat diterima oleh orang-orang Jammu dan Kashmir dan Pakistan.

Berita terkait

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

55 menit lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

2 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

6 Tips Solo Traveling ke India, Keselamatan jadi Prioritas

3 jam lalu

6 Tips Solo Traveling ke India, Keselamatan jadi Prioritas

Pemberitaan tentang tingkat kriminalitas di India membuat banyak pelancong yang berpikir ulang untuk melakukan solo traveling ke sana.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

7 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

16 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

21 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

22 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

22 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya