Bahrain Operasikan Kembali Kedutaan Besarnya di Suriah
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Sabtu, 29 Desember 2018 13:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bahrain mengumumkan akan mengoperasikan kembali kantor Kedutaan Besarnya di Suriah. Langkah ini dilakukan sehari setelah Uni Emirat Arab menyatakan telah memulihkan kembali hubungan diplomatiknya dengan Suriah.
Dikutip dari aljazeera.com, Sabtu, 29 Desember 2018, kantor Kedutaan Besar Bahrain di ibukota Damaskus, Suriah ditutup tak lama setelah meletupnya perang sipil Suriah pada 2011 silam. Perang silip itu ditujukan unutk mendongkel pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan telah menyebabkan jutaan penduduk Suriah kehilangan tempat tinggal.
Baca: Bahrain Dukung Australia Akui Yerusalem Barat Jadi Ibukota Israel
Kementerian Luar Negeri Bahrain dalam situs resmi mereka pada Jumat, 28 Desember 2018 mengatakan pemerintah Bahrain gembira untuk melanjutkan hubungan diplomatik dengan Suriah. Bahrain ingin menjadi salah satu negara yang memperkuat peran Arab demi kemerdekaan, kedaulatan dan integritas teritorial Suriah.
Suriah juga memiliki kantor Kedutaan Besar di Bahrain, yang berlokasi di ibu kota Manama. Kantor Kedutaan itu tetap beroperasi. Kementerian Luar Negeri Bahrain mengatakan ketegangan yang sempat terjadi diantara kedua negara akan segera mengerucut.
Baca: Menlu Bahrain Kritik Emir Qatar Tidak Hadiri KTT Teluk di Saudi
Sebelumnya pada Oktober 2018 lalu Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed al-Khalifa, menyambut hangat delegasi Suriah Walid al-Muallem ketika keduanya bertemu di Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat. Khalifa mengatakan pertemuan itu tidak direncanakan dan menyebut Suriah sebagai saudara negara-negara Arab.
Keputusan Bahrain itu terjadi beberapa jam setelah Uni Emirat Arab membuka kembali kantor Kedutaan Besarnya di jantung kota Damaskus pada Kamis, 27 Desember 2018. Negara-negara Teluk berada di antara negara-negara yang mendukung pemberontak Suriah melawan Presiden Assad. Namun posisi negara-negara Teluk itu tidak dominan dibanding Arab Saudi, Qatar atau Turki.
Langkah yang dilakukan Bahrain dan Uni Emirat Arab itu menjadi indikasi bahwa sejumlah negara-negara Arab bersiap menyambut kembali Suriah setelah bertahun-tahun melakukan isolasi diplomatik. Perang sipil Suriah telah membuat Damaskus dikeluarkan dari Liga Arab yang beranggotakan 22 negara dan dijatuhi sanksi ekonomi. Negara-negara teluk mengutuk penggunaan kekuatan militer oleh pemerintah Suriah dalam mengalahkan kubu oposisi.