Bertemu Menlu Arab Saudi, Jokowi Tanya soal Jamal Khashoggi
Reporter
Tempo.co
Editor
Suci Sekarwati
Senin, 22 Oktober 2018 16:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden RI, Joko Widodo, meminta adanya transparansi dan penyelidikan menyeluruh atas kematian wartawan asal Arab Saudi, Jamal Khashoggi. Permintaan itu disampaikan Jokowi dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, Senin, 22 Oktober 2018.
"Presiden Jokowi telah bertemu Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, dan mengekspresikan kekhawatirannya atas kasus ini. Indonesia berharap penyidikan dilakukan secara transparan dan menyeluruh," kata Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, seperti dikutip dari Reuters.
Baca: Arab Saudi Akui Kirim 15 Orang untuk Bawa Jamal Khashoggi Pulang
Al-Jubeir tiba di Jakarta pada 22 Oktober 2018. Kedatangannya disambut langsung oleh Direktur Urusan Timur-Tengah Kementerian Luar Negeri RI - Sunarko, Direktur Protokol - Akio Alfiano Tamala dan Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel.
Setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Jokowi pada Senin, 22 Oktober 2018, Menlu Retno dan Al-Jubeir dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral pada Selasa, 23 Oktober 2018. Dia akan langsung pulang ke Riyadh usai bertemu Menlu Retno.
Baca: Ini Peran 15 Terduga Pembunuh Sadis Jamal Khashoggi
Ikut menyambut kedatangan Al-Jubeir di bandara diantaranya Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osamah bin Mohammad Al-Shuaibi, Wakil Duta Besar -Yahya bin Hasan Al-Qahtani dan Kepala Bidang Ekonomi - Salim bin Abdurrahman Al-Otaibi. Ikut menyambut pula Kepala Bidang Keislaman - Khalid Al-Otaibi, Kepala Bidang Konsuler - Yasir bin Aid Al-Safri, dan para pejabat tinggi di Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta.
Kedatangan Al-Jubeir bersamaan dengan ramainya pemberitaan kasus tewasnya wartawan asal Arab Saudi, Khashoggi, pada 2 Oktober 2018. Khashoggi dibunuh di kantor konsulat jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Kasus pembunuhan terhadap Khashoggi telah menarik kritik dunia internasional. Kerajaan Arab Saudi pada Minggu, 21 Oktober 2018, menyebut pembunuhan ini adalah sebuah kesalahan besar. Riyadh berkeras, Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman tidak mengetahui kasus ini.
