Pengkritik IPO Saudi Aramco Dituntut Terlibat Terorisme
Reporter
Tempo.co
Editor
Suci Sekarwati
Selasa, 2 Oktober 2018 12:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengkritik penjualan saham, IPO, Saudi Aramco, perusahaan raksasa minyak Arab Saudi dituntut pelaku terorisme oleh jaksa Arab Saudi. Si pengkritik bernama Essam al-Zamil dituduh telah bergabung dengan kelompok teroris dan melakukan pertemuan diam-diam dengan diplomat asing.
Zamil merupakan aktivis bidang ekonomi terkemuka di Arab Saudi yang pernah mengkritik rencana pembagian saham perusahaan minyak nasional Arab Saudi.
Media lokal termasuk Okaz, pada Senin, 1 Oktober 2018, mewartakan tudingan yang diarahkan kepada Zamil di antaranya menjadi anggota kelompok Ikhawanul Muslimin, organisasi terlarang di Arab Saudi. Dia juga dituduh telah berkomunikasi dengan Qatar dan melakukan penghasutan.
Baca: Arab Saudi Jual Saham Perusahaan Minyak Saudi Aramco
Pemberitaan media di Arab Saudi tidak menyebut spesifik nama Zamil, namun teman Zamil di lembaga HAM ALQST, Yahya al-Assiri mengkonfirmasi identitas Zamil sebagai orang yang sedang dituntut Riyadh.
Dikutip dari Reuters pada Selasa, 2 Oktober 2018, Zamil ditahan sejak September 2017 bersama puluhan kalangan intelektual dan ulama yang dicurigai menentang pemerintahan Putra Mahkota, Mohammed bin Salman. Pemerintah Arab Saudi saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan reformasi bidang ekonomi, di antaranya dengan menjual lima persen saham Saudi Aramco
Baca: Raja Salman Batalkan IPO Saudi Aramco, Kenapa?
Sebelum ditahan, Zamil mengkritik Kerajaan Arab Saudi melalui media sosialnya di antaranya tentang penetapan biaya US$ 2 triliun atau Rp 30 trilun yang disarankan oleh Mohammed bin Salman seharusnya mendapat pengesahan dari sejumlah otoritas berwenang, termasuk jumlah cadangan minyak Saudi Aramco yang akan dijual.
Dalam laporan pada Agustus 2018, Kerajaan Arab Saudi telah membatalkan rencana IPO Saudi Aramco dan membubarkan tim penasehat keuangannya. Arab Saudi yang merupakan salah satu eksportir minyak mentah dunia, saat ini berusaha melepaskan diri dari ketergantungan pada minyak dan bersikap keras dalam menghadapi perbedaan pendapat yang muncul.