Kelompok Pengkritik Kebijakan Israel Dilarang Mengajar

Reporter

Yon Yoseph

Selasa, 17 Juli 2018 15:04 WIB

Suasana kelas di hari pertama masuk sekolah, di Sekolah Dasar Khan al-Ahmar, kawasan Tepi Barat, Palestina, Senin, 16 Juli 2018. Sebelumnya, pada Rabu, 11 Juli 2018, tentara Israel menggusur sekolah darurat anak-anak Palestina di kawasan Hebron. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Israel mengesahkan undang-undang kritik yang melarang kelompok-kelompok pengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah soal Palestina memasuki sekolah dan berbicara dengan para murid.

Dikutip dari thestar.com.my pada Selasa, 17 Juli 2018, dari total 120 kursi parlemen Israel atau Knesset, sebanyak 43 suara menyetujui undang-undang kritik ini dan 24 suara menentangnya.

Baca: PBB: 45 Sekolah Palestina Dimusnahkan Israel

Melalui pengesahan undang-undang ini, maka Menteri Pendidikan Israel, Naftali Bennett, mendapatkan kekuasaan baru untuk memberikan perintah kepada sekolah-sekolah agar menutup pintu kepada kelompok-kelompok tertentu yang ingin memberikan pengajaran kepada murid-murid.

"Siapa pun yang lari karena menyerang pasukan pertahanan Israel, tidak boleh masuk ke sekolah," kata Bennett, dalam sebuah pernyataan setelah disahkan Undang-undang tersebut.

Advertising
Advertising

Baca: Anak-anak Gaza Mulai Bersekolah

Keputusan parlemen Israel ini diprotes oleh Avner Gvaryahu, Direktur kelompok Breaking the Silence. Dia mengatakan undang-undang ini ditujukan untuk melemahkan kelompok-kelompok HAM dan pukulan terhadap nilai-nilai inti demokrasi seperti kebebasan berbicara dan bagian dari upaya pemerintah Israel untuk mendelegitimasi kelompok-kelompok hak asasi manusia dan LSM.

"Ini adalah upaya untuk membungkam dan menutupi apa yang terjadi dalam pendudukan sejumlah teritorial dalam 51 tahun terakhir," kata Gvaryahu.

Ram Cohen, Kepala Sekolah sebuah sekolah menengah di Tichonet di Tel Aviv, juga tak setuju dengan pengesahan undang-undang kritik tersebut. Cohen pernah menerima Breaking the Silence di sekolahnya pada tahun lalu dan berencana untuk mengundang kelompok itu lagi, kendati jika itu berarti melanggar hukum.

"Sebagai kepala sekolah, sebagai seorang pendidik, adalah tugas saya untuk berdiri dan berkata - tidak lagi. Undang-undang ini dimaksudkan untuk merusak demokrasi. Saya tidak akan menjadi bagian dari itu. Saya tidak setuju dengan itu dan saya akan menolaknya," kata Cohen.

Amir Fuchs, Kepaa bidang program nilai-nilai demokrasi dari Lembaga Demokrasi Israel, mengatakan Undang-undang itu adalah bagian dari fenomena yang lebih luas di Israel yang mencoba mendiskreditkan kelompok sayap kiri.

"Pendidikan adalah tentang berpikir kritis. Ini tentang mendengar orang yang tidak Anda setujui. Dan inilah yang kami ingin ajarkan kepada anak-anak kami. Agar kami dapat mendidik kaum muda kami untuk menjadi demokratis, menjadi liberal, mereka harus mendengar sisi lain," kata Fuchs.

Israel menguasai hampir seluruh wilayah Palestina setelah menang dalam perang Timur Tengah pada 1967. Palestina yang terus berupaya merebut kembali wilayahnya dipaksa mengalami kekerasan selama bertahun-tahun.

Berita terkait

Reaksi Dunia atas Pengusiran Warga Palestina dari Rafah oleh Israel

6 jam lalu

Reaksi Dunia atas Pengusiran Warga Palestina dari Rafah oleh Israel

Israel telah meminta warga Palestina untuk mengosongkan bagian-bagian kota Rafahit di Gaza untuk persiapan serangan terhdap Hamas.

Baca Selengkapnya

Pelapor Khusus PBB: Serangan Darat Israel ke Rafah akan Memicu Pembantaian Massal

7 jam lalu

Pelapor Khusus PBB: Serangan Darat Israel ke Rafah akan Memicu Pembantaian Massal

Pelapor Khusus PBB untuk Palestina Francesca Albanese menyerukan gencatan senjata di Gaza dan menghentikan rencana serangan ke Rafah

Baca Selengkapnya

Israel Usir Warga Palestina dari Rafah, Belgia: Invasi akan Berujung pada Pembantaian

8 jam lalu

Israel Usir Warga Palestina dari Rafah, Belgia: Invasi akan Berujung pada Pembantaian

Brussels sedang berupaya menerapkan sanksi lebih lanjut terhadap Israel, kata wakil perdana menteri Belgia

Baca Selengkapnya

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

9 jam lalu

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

Seorang pria mendesak Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu untuk mundur dalam upacara Hari Peringatan Holocaust

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

9 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

10 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

10 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

11 jam lalu

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

Bagi Benjamin Netanyahu, memenuhi tuntutan Hamas sama dengan menyerah. Pihaknya memilih untuk melanjutkan pertempuran

Baca Selengkapnya

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

12 jam lalu

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

Hamas meminta bantuan dari Jusuf Kalla agar menjadi mediator guna mengakhiri perang dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Pembungkaman Al Jazeera oleh Israel: Pembunuhan Jurnalis hingga Penutupan Kantor

12 jam lalu

Pembungkaman Al Jazeera oleh Israel: Pembunuhan Jurnalis hingga Penutupan Kantor

Setelah berkali-kali diancam akan ditutup, Al Jazeera akhirnya benar-benar ditutup di Israel dengan alasan menyebarkan hasutan.

Baca Selengkapnya