Kanal Raksasa Turki, Proyek Ambisius Erdogan, Menuai Kontroversi

Reporter

Yon Yoseph

Editor

Budi Riza

Senin, 14 Mei 2018 12:29 WIB

Kanal Istanbul, Mega Proyek Ambisius Erdogan, Tuai Kontroversi

TEMPO.CO, Istanbul - Rencana pembangunan proyek kanal raksasa oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan di Istanbul menyisakan keresahan di kalangan aktivis lingkungan serta petani Turki.

Kanal Istanbul sepanjang 45 kilometer ini akan menghubungkan laut utara dan selatan. Saluran kanal ini dibangun untuk memudahkan lalu lintas di selat Bosphorus, jalur pelayaran global utama. Ini juga akan menggambar ulang peta salah satu kota terbesar di Eropa, mengubah sisi baratnya menjadi sebuah pulau.

Baca: Jika RUU Ini Gol, Erdogan Jadi Presiden Turki Hingga 2029

Sejumlah pengkritik termasuk asosiasi arsitek nasional telah mempertanyakan perlunya pembangunan kanal. Asosiasi ini memperingatkan pembangunan kanal akan menghancurkan situs arkeologi berusia 8,500 tahun di dekat Istanbul dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang luas.

Advertising
Advertising

Union of Chambers of Turkish Engineers and Architects (TMMOB) mengkritik kanal itu sebagai "bencana" lingkungan dan perkotaan yang harus ditinggalkan.

Baca: Kunjungi Turki, Putin Temani Erdogan Resmikan Pembangkit Nuklir

Sekitar 369.000 orang tinggal di daerah yang dapat terkena dampak kanal itu, menurut Pusat Analisis Data Turki, sebuah perusahaan penelitian.

Kanal itu akan menghancurkan situs arkeologi di sekitar Laguna Kucukcekmece, yang dibangun pada 6.500 Sebelum Masehi. Ekosistem laguna, yang penting bagi hewan laut dan burung migran, juga akan dihancurkan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (tengah), didampingi istrinya Emine (kanan), menghadiri upacara peresmian monumen untuk memperingati korban kudeta militer di Ankara, Turki, 16 Juli 2017. Sekitar 250 orang meninggal pada malam 15 Juli setahun yang lalu. AP

Kanal itu akan menghancurkan dua cekungan yang menyediakan hampir sepertiga air bersih segar di Istanbul dan akan meningkatkan salinitas aliran air bawah tanah, yang mempengaruhi lahan pertanian.

"Proyek ini akan meningkatkan kadar oksigen di Laut Hitam, berdampak pada populasi satwa liar," demikian pernyataan TMMOB, seperti dilansir Reuters pada Minggu, 13 Mei 2018.

Media Anadolu Agency melansir Erdogan mengatakan pengerjaan proyek Kanal Istanbul ini bakal menjadi prioritas pembangunan pasca digelarnya pemilu.

Tiga gugusan pulau buatan juga akan dibangun di lepas pantai di Laut Marmara. Aktivis pecinta lingkungan mengatakan itu akan menyebabkan polusi di sana. Penduduk Sazlibosna, sebuah desa dekat Istanbul, juga akan kehilangan lahan pertanian seluas 400 meter persegi akibat pembangunan kanal itu.

Penduduk desa mengaku terzalimi karena tidak pernah dilibatkan dalam pembicaran terkait pembangunannya. Upaya mereka mencoba ambil bagian dalam pertemuan tentang rencana pemerintah Turki untuk menggali saluran selebar 400 meter melalui lahan pertanian mereka dihentikan polisi.

Ketika penduduk desa, yang menggambarkan diri mereka sebagai pendukung Erdogan, tiba untuk pertemuan di Istanbul barat - sebuah sesi yang dimaksudkan untuk memungkinkan publik menyuarakan keprihatinan dan belajar tentang proyek, mereka disambut polisi, yang membawa senapan dan gas air mata, pada Mare 2018. Polisi mengatakan aula pertemuan sudah penuh.

"Para pemilik tanah-tanah ini harus berada di dalam," kata Oktay Teke, administrator lokal Sazlibosna, saat dia berdiri bersama penduduk desa di luar gedung kota Arnavutkoy tempat pertemuan berlangsung.

Proyek Kanal Istanbul ini memiliki panjang 45 kilometer dan lebar 400 meter untuk menghubungkan Laut Hitam dan Laut Marmara. Istanbulrealestate

"Jika tanah akan diambil alih, itu akan menjadi tanah kita, kita akan kehilangan rumah kita."

Kekhawatiran mereka dipicu oleh pengalaman serupa 20 tahun lalu, ketika pemerintah mengambil alih lahan untuk membangun bendungan, membayar rugi di bawah nilai pasar dan menghancurkan pertanian lokal.

Penduduk desa takut kanal akan menghancurkan apa yang tersisa dari lahan pertanian mereka.

Pembangunan itu akan menelan biaya sekitar US$16 miliar Rp 223,4 triliun. Kanal ini adalah salah satu mega-skema infrastruktur Erdogan yang paling ambisius. Dia secara terbuka menyebutnya sebagai "proyek gilanya".

Erdogan mengatakan kanal akan mengurangi resiko berbahaya berlayar melalui Bosphorus dan mencegah kecelakaan di sana.

Erdogan berjanji untuk mengadakan tender untuk segera merealisasikan segera pembangunan kanal, menegaskan akan tetap dibangun meski ada resiko penolakan oleh sejumlah warga. "Apakah mereka menyetujuinya atau tidak, kanal itu akan tetap dibangun," kata dia.

Berita terkait

Divonis 8 Tahun Penjara, Sutradara Mohammad Rasoulof Kabur dari Iran

5 hari lalu

Divonis 8 Tahun Penjara, Sutradara Mohammad Rasoulof Kabur dari Iran

Sutradara film Iran Mohammad Rasoulof mengatakan telah meninggalkan Iran setelah dijatuhi hukuman penjara atas tuduhan keamanan nasional

Baca Selengkapnya

Erdogan: 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turki

5 hari lalu

Erdogan: 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turki

Erdogan mengatakan lebih dari 1.000 anggota Hamas dirawat di rumah sakit di Turki.

Baca Selengkapnya

Percobaan Pembunuhan Paus Yohanes Paulus II 43 Tahun Lalu, Misteri Motif Mehmet Ali Agca

5 hari lalu

Percobaan Pembunuhan Paus Yohanes Paulus II 43 Tahun Lalu, Misteri Motif Mehmet Ali Agca

Pada 13 Mei 1981, Mehmet Ali Agca menembak Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Kilas balik peristiwanya.

Baca Selengkapnya

Profil Chora, Sebuah Gereja Kuno yang Diubah Erdogan Menjadi Masjid

6 hari lalu

Profil Chora, Sebuah Gereja Kuno yang Diubah Erdogan Menjadi Masjid

Presiden Erdogan mengubah gereja kuno Chora menjadi masjid, sebuah langkah yang dikritik oleh dunia internasional.

Baca Selengkapnya

Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

13 hari lalu

Setelah Hagia Sophia, Erdogan Kembali Ubah Bekas Gereja Menjadi Masjid

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin meresmikan masjid yang diubah dari gereja Ortodoks Yunani kuno di Istanbul

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

15 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

16 hari lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

16 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

17 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

17 hari lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya