Undang ICAO, Korea Utara Mau Langitnya Dilintasi Maskapai Asing
Reporter
Yon Yoseph
Editor
Maria Rita Hasugian
Jumat, 11 Mei 2018 12:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara mengundang ICAO, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional ke Pyongyang untuk membahas keinginan negara itu membuka langitnya untuk penerbangan asing .
Korea Utara saat ini dengan Korea Selatan membahas rencana membuka rute penerbangan internasional baru menjelang para pejabat ICAO mengunjungi Pyongyang akhir pekan ini.
Baca: Mayoritas Maskapai Penerbangan Tak Lagi Melintas di Korea Utara
"Masalah pembentukan rute penerbangan baru yang disampaikan Korea Utara melalui ICAO sedang ditinjau oleh Kementerian Tanah, Infrastruktur, dan Transportasi (Korea Selatan)," kata Noh Kyu-duk, juru bicara Kementerian Tanah, Infrastruktur dan Transportasi Korea Selatan..
Untuk memuluskan niatnya tersebut, Korea Utara setuju untuk tidak terlibat dalam kegiatan yang berbahaya bagi penerbangan tanpa pemberitahuan lebih lanjut. Jaminan itu akan membuat maskapai besar melanjutkan penerbangan tanpa khawatir melintas di wilayah udara Korea Utara.
Baca: Singapore Airlines Ubah Rute Demi Hindari Rudal Korea Utara
Maskapai penerbangan internasional selama ini mengambil rute tidak langsung untuk menghindari Korea Utara karena ancaman yang ditimbulkan dari peluncuran rudal tanpa pemberitahuan.
Jika wilayah udara dianggap aman, operator dapat menghemat bahan bakar dan waktu di beberapa rute antara Asia dan Eropa dan Amerika Utara.
ICAO yang berbasis di Montreal, Kanada mengungkapkan rencana kunjungannya ke Pyongyang guna membahas permintaan Pyongyang untuk membuka rute udara baru yang akan melewati wilayah udara Korea Utara dan Korea Selatan.
Baca: Berdamai, Korea Utara ingin Terbang ke Korea Selatan
“Kami menerima kepastian yang kuat dari Korea Utara,” kata Direktur Biro Navigasi Udara ICAO Stephen Creamer, seperti dilansir Reuters pada 10 Mei 2018.
Rencana membuka langit Korea Utara untuk penerbangan asing merupakan perkembangan terbaru dari langkah-langkah rekonsiliasi yang diambil sejak pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertemu bulan lalu.
REUTERS|NEWSWEEK