Peretas Bobol Bank lewat Platform SWIFT, Begini Caranya

Reporter

Suci Sekarwati

Selasa, 20 Februari 2018 14:19 WIB

Carbanak, jaringan kelompok hacker dunia yang berhasil curi 12,7 Triliun dari bank, 17 Februari 2015. Dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus peretas yang dilakukan oleh para peretas terhadap City Union Bank di India pada 6 Februari lalu, rupanya bukan kasus pertama pembobolan bank melalui platform SWIFT, yang terjadi dalam dua tahun terakhir. Rentetan kasus ini, memperlihatkan lemahnya platform tersebut.

SWIFT atau Society for Worldwide Interbank Telecommunication adalah sebuah sistem notifikasi pesan keuangan global, yang mana ribuan bank dan lembaga keuangan di penjuru dunia melakukan aktifitas transfer miliar dollar setiap hari.

Baca: Membobol ATM, 2 Pria Ini Pakai Topeng Wajah Donald Trump

Ilustrasi hacker. foxnews.com

Pada Februari 2016, dunia perbankan dikejutkan dengan aksi pembobolan oleh para peretas yang berhasil mencuri uang sekitar US$.81 juta atau setara Rp 1 triliun dari Bank Sentral Bangladesh. Para peretas menggunakan malware yang memungkinkan mereka membajak software SWIFT bank tersebut untuk mentransfer uang serta menyembunyikan jejak.

Advertising
Advertising

Menurut konsultan teknologi, BEA System Applied Intelligence seperti dikutip dari situs www.bankinfosecurity.com, telah ditemukan malware yang dikembangkan oleh seorang individu di Bangladesh, yang mengandung fungsi sangat canggih untuk berinteraksi dengan software SWIFT yang dijalankan oleh bank yang menjadi korban. Sudah dua tahun peristiwa perampokan ini terjadi, namun sampai sekarang belum terpecahkan.

Baca: Peretas Bobol Bank di India, Modus Mirip di Bangladesh dan Rusia

Pada Oktober 2017, dunia perbankan kembali dikejutkan dengan pembobolan di Far Eastern International Bank di Taiwan. Sebanyak US$.60 juta digondol para peretas.

Dikutip dari situs thehackernews.com, para peretas tak bertanggung jawab itu menanam malware pada beberapa server bank dan melalui sistem SWIFT bank yang dibobol tersebut. Sedangkan Far Eastern International Bank dalam keterangannya mengakui beberapa hacker yang identitasnya belum diketahui, berusaha mengunduh malware pada komputer dan server bank. Yang paling krusial, para peretas meretas terminal SWIFT, yang digunakan bank. Mereka lalu mentrasfer uang hampir US$.60 juta ke beberapa rekening di Amerika Serikat, Kamboja dan Sri Langka.

Beruntung, pemberitaan Central News Agency melaporkan, sebagian besar uang milik bank yang dicuri berhasil ditarik dan tersisa sekitar US$.500.000, yang belum bisa diselamatkan bank. Dua pelaku peretasan pun telah ditahan.

Bank Sentral Rusia pun rupanya pernah kebobolan lewat jaringan pembayaran SWIFT, dengan kehilangan sekitar US$.6 juta. Pengakuan ini baru disampaikan pada Jumat 16 Februari 2018 lalu, padahal kejadiannya terjadi pada 2017.

Dalam keterangannya, Bank Sentral Rusia menjelaskan para peretas mengambil alih sebuah komputer di Bank Sentral dan menggunakan fasilitas transfer untuk memindahkan jutaan roubles pada rekening peretas.

Berita terkait

Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

20 hari lalu

Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

NET Hunter, kelompok peretas yang membobol Kementerian Keamanan Israel, mengatakan akan terus melakukan serangan cyber sampai perang Gaza berhenti.

Baca Selengkapnya

Kejahatan Siber Berbasis Cloud Meningkat, Ini Aktor-aktornya dan Tindakan yang Mereka Lakukan

41 hari lalu

Kejahatan Siber Berbasis Cloud Meningkat, Ini Aktor-aktornya dan Tindakan yang Mereka Lakukan

Pelaku kejahatan siber sudah mulai mengeksploitasi kelemahan fitur-fitur di cloud.

Baca Selengkapnya

Kejahatan Siber: Kecepatan Serangan Semakin Mengkhawatirkan, Gangguan Cloud Melonjak

28 Februari 2024

Kejahatan Siber: Kecepatan Serangan Semakin Mengkhawatirkan, Gangguan Cloud Melonjak

Dicatat, pelaku kejahatan siber hanya butuh 31 detik untuk menempatkan alat initial discovery, setelah akses awal diperoleh.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Data PT KAI Diduga Dibobol Peretas

19 Januari 2024

Fakta-fakta Data PT KAI Diduga Dibobol Peretas

Peretasan data PT KAI itu disebut dilakukan oleh geng ransomware bernama Stormous.

Baca Selengkapnya

Bantah Data Pelanggan Diretas, Pengamat Sebut KAI Sadar Dibobol dan Lakukan Mitigasi

18 Januari 2024

Bantah Data Pelanggan Diretas, Pengamat Sebut KAI Sadar Dibobol dan Lakukan Mitigasi

Kendati membantah data pelanggan diretas, KAI disebut sudah sadar dibobol dan lakukan mitigasi.

Baca Selengkapnya

Dukung Gaza, Peretas Yordania Targetkan Situs Militer Israel

14 Desember 2023

Dukung Gaza, Peretas Yordania Targetkan Situs Militer Israel

Serangkaian serangan siber telah menargetkan Israel sejak serangan brutal ke Gaza dimulai pada 7 Oktober.

Baca Selengkapnya

Peretas Kora Utara Kemungkinan Curi Data Senjata Laser Korea Selatan

6 Desember 2023

Peretas Kora Utara Kemungkinan Curi Data Senjata Laser Korea Selatan

Polisi Korsel sedang menyelidiki apakah peretas Korea Utara, yang dituduh mencuri data dari 14 entitas, juga mencuri informasi teknologi pertahanan.

Baca Selengkapnya

BSSN Serahkan Hasil Investigasi Kebocoran Data DPT Pemilu, Peretas Bernama Jimbo

3 Desember 2023

BSSN Serahkan Hasil Investigasi Kebocoran Data DPT Pemilu, Peretas Bernama Jimbo

BSSN, pada Sabtu, 2 Desember 2023 menyerahkan hasil investigasi awal dugaan kebocoran data daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024 ke Polri dan KPU.

Baca Selengkapnya

Hacker Klaim Retas Data KPU dan Tawarkan dengan Harga Miliaran, Pakar: Seharusnya KPU Bisa Mencegah

29 November 2023

Hacker Klaim Retas Data KPU dan Tawarkan dengan Harga Miliaran, Pakar: Seharusnya KPU Bisa Mencegah

Peretas juga memperlihatkan halaman website KPU, kemungkinan berasal dari halaman dashboard pengguna.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kelompok Peretas LockBit yang Bobol Bank Terbesar di China

11 November 2023

Mengenal Kelompok Peretas LockBit yang Bobol Bank Terbesar di China

Aktif sejak September 2019, kelompok peretas LockBit telah menyerang ribuan organisasi dan perusahaan. Terbaru, menyerang bank terbesar di China.

Baca Selengkapnya