CEO Saudi Aramco: Antikorupsi Saudi Naikkan Kepercayaan Investor

Reporter

Budi Riza

Editor

Budi Riza

Kamis, 25 Januari 2018 11:35 WIB

Sejumlah warga menyaksikan film kartun di bioskop pertama Arab Saudi di Jeddah, 23 Januari 2018. Untuk pertama kalinya dapat menonton di bioskop setelah larangan menonton di bioskop yang telah berlaku selama 35 tahun dicabut Desember lalu. REUTERS/Reem Baeshen

TEMPO.CO, Davos -- Gerakan antikorupsi oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah meningkatkan kepercayaan investor akan iklim investasi di negara itu.

CEO Saudi Aramco, Amin Nasser, mengatakan ini di Davos, Swiss, atau sekitar tiga bulan sejak gerakan antikorupsi ini dimulai pada 4 Nopember 2017. Saudi Aramco merupakan perusahaan minyak terbesar dunia saat ini.

Baca: Gahtani, Instruktur Panjat Tebing Wanita Pertama Arab Saudi


Kepada media CNBC, Rabu, 24 Januari 2018, yang meliput Forum Ekonomi Dunia, Davos, Swiss, Nasser mengatakan,"Saya pikir ini bisa dilihat secara positif. Semua upaya untuk menangani korupsi akan menciptakan lingkungan investasi yang sehat bagi semua. Maka ini akan meningkatkan kepercayaan pasar kepada pemerintah Saudi dan lingkungan investasi di Saudi."

Advertising
Advertising

Baca: Setelah 35 Tahun, Arab Saudi Cabut Pelarangan Film Bioskop


Pandangan ini terkait perspektif selama ini bahwa praktek korupsi di lingkungan keluarga kerajaan Saudi telah berlangsung lama dan secara rahasia. Rakyat Saudi diyakini bakal mendukung upaya ini agar kultur suap berakhir.


Namun, ada juga pandangan yang mengatakan upaya antikorupsi ini menimbulkan rasa takut di kalangan investor asing bahwa mitra bisnis mereka bisa ditangkap tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya.


Soal ini, Nasser mengatakan tanggapan investor asing cukup baik. "Ada banyak minat investasi saat ini," kata dia. "Lingkungan investasi bagus untuk menarik lebih banyak investasi di Arab Saudi. Kualitas peraturan membaik."

Kerajaan Arab Saudi membentuk Komisi Antikorupsi pada 4 Nopember 2017 dan menangkap sekitar 200 pejabat, mantan pejabat, pangeran dan konglomerat kakap negara itu dengan tudingan terlibat korupsi.


Pemerintah Saudi, seperti dilansir Daily Mail, meminta mereka untuk menyerahkan minimal sepertiga hartanya untuk mengganti kerugian uang negara yang dikabarkan mencapai US$100 miliar atau sekitar Rp1300 triliun. Sebagian tahanan kakap, yang ditahan di Hotel Ritz Carlton, menyanggupi ini.


Namun, menurut media Times of India, masih ada sekitar 95 tahanan yang belum bersedia menyelesaikan kewajibannya sehingga masih ditahan sambil kelarnya proses negosiasi.


Pemerintah Arab Saudi membutuhkan banyak sumber dana baru setelah harga minyak bumi anjlok pada 2015 dan baru mulai pulih pada awal 2018 ini. Saudi selama ini tergantung pendapatan utamanya dari penjualan minyak bumi.


Salah satu konglomerat yang ditangkap adalah Pangeran Alwaleed Bin Talal, yang merupakan orang terkaya Saudi. Dia merupakan pemilik saham di Twitter, Timer Warner, dan Citigroup.


Ditanya soal Alwaleed, Nasser enggan berkomentar. Namun, menurut dia, rakyat Saudi mendukung langkah antikorupsi ini karena dilakukan dari atas hingga bawah. "Itu menunjukkan komitmen pemerintah bahwa korupsi tidak ditolelir," kata Nasser.

Berita terkait

Saudi Terapkan Hukum Perdata untuk Naikkan Investasi, Investor Masih Berhati-hati

10 Januari 2024

Saudi Terapkan Hukum Perdata untuk Naikkan Investasi, Investor Masih Berhati-hati

Arab Saudi mulai 16 Desember 2023, memberlakukan hukum perdata tertulis pertama untuk meningkatkan investasi, namun investor tetap berhati-hati.

Baca Selengkapnya

Kunjungan Dadakan Putin ke Saudi Masih Misterius, MbS Berjanji Akan ke Moskow

7 Desember 2023

Kunjungan Dadakan Putin ke Saudi Masih Misterius, MbS Berjanji Akan ke Moskow

Rencana MbS ke Rusia batal, sehingga Putin tiba-tiba yang terbang ke Saudi untuk menemui pemimpin negara eksportir minyak terbesar dunia tersebut

Baca Selengkapnya

Normalisasi Israel - Saudi Tak Akan Perbesar Peluang Palestina Merdeka

29 September 2023

Normalisasi Israel - Saudi Tak Akan Perbesar Peluang Palestina Merdeka

Normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel tampaknya tidak akan memperbesar peluang Palestina mendapat menjadi negara merdeka dan berdaulat.

Baca Selengkapnya

Saudi Minta Jaminan Keamanan dari AS sebagai Syarat Hubungan dengan Israel, Palestina Ditinggalkan?

29 September 2023

Saudi Minta Jaminan Keamanan dari AS sebagai Syarat Hubungan dengan Israel, Palestina Ditinggalkan?

Saudi menuntut terbentuknya pakta militer dengan AS sebagai syarat normalisasi hubungan dengan Israel, meski tidak ada konsesi untuk Palestina merdeka

Baca Selengkapnya

Cagar Alam Uruq Saudi Masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO

21 September 2023

Cagar Alam Uruq Saudi Masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO

Cagar Alam Uruq Bani Ma'arid di Arab Saudi masuk Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.

Baca Selengkapnya

Saudi Undang Houthi Bahas Gencatan Senjata Permanen di Yaman

15 September 2023

Saudi Undang Houthi Bahas Gencatan Senjata Permanen di Yaman

Arab Saudi mengundang delegasi Houthi ke Riyadh untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata permanen di Yaman

Baca Selengkapnya

Al-Qahtani, Lansia Saudi Berusia 110 Tahun yang Kembali Bersekolah

7 Agustus 2023

Al-Qahtani, Lansia Saudi Berusia 110 Tahun yang Kembali Bersekolah

Seorang wanita Saudi membuktikan pepatah lama "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" dengan kembali ke sekolah - pada usia 110 tahun.

Baca Selengkapnya

Saudi dan Houthi Akan Berunding, Perdamaian Yaman sebelum Idul Fitri

8 April 2023

Saudi dan Houthi Akan Berunding, Perdamaian Yaman sebelum Idul Fitri

Delegasi Saudi-Oman berencana melakukan perjalanan ke Sanaa berunding dengan Houthi untuk perdamaian Yaman sebelum Idul Fitri

Baca Selengkapnya

Pembakaran Al-Quran Terjadi Lagi di Denmark, Saudi dan Negara Muslim Kutuk Keras

27 Maret 2023

Pembakaran Al-Quran Terjadi Lagi di Denmark, Saudi dan Negara Muslim Kutuk Keras

Arab Saudi bersama Yordania, Kuwait, dan Qatar mengutuk pembakaran Al-Quran dan bendera Turki pada Jumat oleh kelompok Patrioterne Gar Live di Denmark

Baca Selengkapnya

Saudi Bebaskan Warga AS, Ditahan 19 Tahun karena Kritik Kerajaan di Twitter

21 Maret 2023

Saudi Bebaskan Warga AS, Ditahan 19 Tahun karena Kritik Kerajaan di Twitter

Saudi membebaskan seorang warga negara AS yang dipenjara selama 19 tahun karena mengunggah kritik terhadap Kerajaan di Twitter.

Baca Selengkapnya