TEMPO.CO , Yangon:Ratusan orang menggelar demo dengan berjalan kaki di ibu kota Myanmar, Yangon kemarin. Mereka mengecam suara kritis dari Perserikatan Bangsa-Bangsa termasuk pemberitaan media negara-negara Barat mengenai perlakuan Myanmar terhadap etnis Muslim Rohingya.
Aksi demo yang dipimpin sekitar 30 biksu Budha menuding PBB dan media Barat tidak adil dalam kasus manusia perahu dengan menyalahkan Myanmar dalam masalah ini.
Mereka menjelaskan, ribuan etnis Rohingya dan Bangladesh menggunakan perahu sewaan memasuki perairan negara-negara Asia Tenggara dalam beberapa pekan terakhir. Para manusia perahu itu berpura-pura sebagai Rohingya padahal mereka berasal dari Bangladesh dengan tujuan mendapatkan perlindungan sebagai pengungsi.
"Jika masyarakat internasional menekan pemerintah Myanmar menerima manusia perahu dari Bangladesh, kami mendesak pemerintah untuk menolaknya," kata Thar Wa, salah satu pemimpin aksi demo. Thar Wa berasal dari Habyelsaw Tadaban, satu organisasi nasionalis Myanmar.
Para pendemo sambil membawa spanduk besar berwarna merah berisikan kritikan terhadap PBB dalam bahasa Inggris dan Burma, meneriakkan slogan "teroris" dan "binatang" kepada para pengungsi.
Selain meminta pemerintah Myanmar untuk menolak tekanan masyarakat internasional mengenai Rohingya, mereka juga mendesak pemerintah untuk menggunakan pertemuan 17 negara yang dijadwalkan di Bangkok, Thailand pada hari Jumat ini untuk menolak tekanan asing terhadap pemberian hak-hak lebih besar kepada Rohingya.
"Orang-orang Bengali itu tidak menghormati nilai-nilai Budha, dengan begitu mereka bukan warga Myanmar. Sesederhana itu," kata Thu Dammyra, seorang biksu dari Ma Ba Tha, organisasi para biksu Budha.
PBB mendata lebih dari 2.500 pengungsi diyakini masih tertahan di laut . Mereka belum mendapat izin memasuki negara yang menjadi tujuan mereka.
CHANNEL NEWS ASIA | MARIA RITA