Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi Malaysia tiba di Pelabuhan Internasional Tunon Taka Kabupaten Nunukan, Kalimantan, 25 Agustus 2015. ANTARA FOTO
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Polisi Malaysia mengatakan pihaknya menemukan 13 mayat yang diyakini pendatang haram asal Indonesia. "Mereka terdampar di pantai setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik akibat diempas badai," ujarnya.
"Mayat tersebut, yang terdiri atas 4 pria dan 9 wanita, ditemukan di sebuah pantai di Negara Bagian Johor oleh warga pada Selasa subuh, 26 Januari 2016, waktu setempat," kata Rahmat Othman, kepala kepolisian distrik setempat.
Dia menambahkan, para korban naik kapal kayu yang tidak layak ketika tenggelam tidak jauh dari pantai. "Ada kemungkinan kapal tersebut terbalik sebelum fajar," tuturnya. Rahmat mengatakan kapal tersebut dipercaya membawa 30-35 orang, yang hampir seluruhnya warga negara Indonesia yang menyusup ke Malaysia.
"Kami melakukan operasi pencarian dan penyelamatan, tapi terhalang gelombang tinggi dan ombak besar," ucapnya.
Tragedi seperti ini tidak jarang terjadi di Malaysia. Banyak warga Indonesia siap menerima risiko melakukan perjalanan dengan menggunakan kapal tua dan tidak aman untuk bekerja di Malaysia secara ilegal atau kembali ke kampung halaman mereka.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.