Terbitkan Kalender Ini, 5 Orang Ditahan di Penjara Myanmar  

Reporter

Kamis, 26 November 2015 04:34 WIB

Sejumlah pengungsi etnis Rohingnya yang berasal dari Myanmar dan Bangladesh menempati Hotel Beraspagi Medan, Sumatera Utara, 8 Juni 2015. Terdapat 96 pengungsi yang menetap selama tiga minggu di tempat itu. TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pemilik penerbit Muslim bersama empat rekannya ditahan di Penjara Insein Myanmar setelah dituduh berusaha menghasilkan kalender berisi kutipan para pejabat pemerintah di tahun 1950-an dan 1960-an yang menggunakan istilah "Rohingya".

Kalender berisi kutipan pidato mantan Perdana Menteri U Nu dan tokoh utama pascakemerdekaan lainnya yang menggambarkan Rohingya sebagai kelompok etnis berbeda. Kalender tersebut juga mengutip pidato Bogyoke Aung San pada 1946 ketika ia mengajak umat Islam untuk hidup damai dengan penduduk mayoritas yang beragama Buddha.

Situs berita MM Times pada 25 November 2015 menyebutkan, pemilik penerbit, U Kyaw Kyaw Wai, dan empat rekannya telah didenda 1 juta kyat karena dianggap melanggar Hukum Percetakan dan Penerbitan. Polisi juga telah menyegel percetakan yang menyimpan salinan kalender tersebut. Mereka didenda pada 23 November di Pengadilan Pazundaung Township di Yangon setelah ditangkap pada 21 November.

Ko Tin Win Aung, yang menjalankan toko percetakan Kyaw di 54th Street, Yangon, mengkritik keputusan polisi yang menutup tokonya. "Kami adalah bisnis percetakan yang menerima pekerjaan untuk sejumlah biaya. Usaha kami kecil. Kami tidak memiliki kebebasan yang sama seperti yang didapat perusahaan besar. Kami tidak tahu apa isinya," katanya.

U Thiha Saw, sekretaris Dewan Pers Myanmar, mengatakan, ia menyadari kasus ini tapi dewan belum menerima keluhan resmi. "Kami akan terus memantau kasus ini," katanya seraya menambahkan bahwa hukuman pada media menujukkan niat pemerintah yang tidak melindungi kebebasan berekspresi.

Sementara itu, penulis Ma Thida (Sanchaung) mengatakan, dia belum mendengar kabar penangkapan, tapi menyatakan keprihatinan bagaimana hukum dapat dengan mudah digunakan untuk membungkam kebebasan berekspresi. "Pemerintah dan parlemen memiliki tugas untuk meninjau undang-undang ini," ujarnya.

MMTIMES.COM | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

5 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

14 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

14 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

15 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

17 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

18 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya