TEMPO.CO, Bamako - Sedikitnya dua pria bersenjata menyerbu Hotel Radisson Blu di Bamako, ibu kota Mali, pada Jumat pagi, 20 November 2015, waktu setempat. Penyerbu menyandera 140 tamu dan 30 karyawan hotel, serta membunuh setidaknya tiga orang.
Sumber keamanan mengatakan para pelaku membebaskan sandera muslim tapi tetap menahan sandera non-muslim.
Menteri Keamanan dan Perlindungan Sipil Mayor Jenderal Salif Traore mengatakan militer berhasil mengevakuasi 30 orang dari hotel dan membawa mereka ke sebuah gedung olahraga. "Hingga saat ini, identitas ketiga korban tewas belum diketahui," ujar Traore.
Panglima angkatan bersenjata Mali, Jenderal Didier Dacko, mengatakan pasukannya telah menutup akses ke hotel tersebut. "Tentara berada di dalam hotel untuk mencari kaum teroris," ucapnya.
Amadou Sidibe, wartawan surat kabar Mali, Les Echos, yang berada di tempat kejadian pada Jumat pagi, 20 November 2015, waktu setempat, dalam laporannya menulis, dua anggota pasukan keamanan Mali cedera setelah mendapatkan tembakan dari lantai tujuh hotel tersebut. "Keduanya dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans."
Dia menambahkan, jalan-jalan di sekitar hotel diblokade oleh pasukan keamanan terdiri dari pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa, militer Mali, dan dinas intelijen Prancis.
Radisson Blu adalah sebuah hotel mewah yang sangat terkenal bagi warga negara asing bila mereka tinggal di Bamako. Di antara korban sandera adalah warga negara Amerika Serikat dan Prancis.
Kassim Traore, seorang jurnalis Mali yang berada di sebuah gedung berjarak sekitar 50 meter dari Hotel Radisson, mengatakan penyandera meminta kepada para korban membaca kalimat syahadat guna memisahkan antara sandera muslim dan non-muslim. "Bagi yang bisa membaca syahadat diperbolehkan meninggalkan hotel," tutur Traore.
Beberapa orang yang meninggalkan hotel tanpa mengenakan pakaian, termasuk warga Mali dan negara asing, dibawa ke kantor polisi. "Kami berhasil dievakuasi dari hotel oleh pasukan keamanan. Saya tahu ada banyak orang berada di dalam saat ini," kata salah seorang sandera kepada televisi France24. "Saya melihat beberapa mayat di lobi. Apa yang terjadi sekarang ini adalah realitas kengerian."
NEW YORK TIMES | CHOIRUL AMINUDDIN
Berita terkait
Prancis Membunuh 20 Milisi Mali
1 Mei 2017
Seorang tentara Prancis tewas setelah mendapatkan serangan dari kelompok perlawanan terhadap pemerintah di Ibu Kota Bamako.
Baca SelengkapnyaPertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang
23 Agustus 2016
Jaksa ICC di Den Haag, Belanda menjerat milisi ISIS yang merusak situs warisan dunia di Timbuktu, Mali sebagai penjahat perang.
Baca SelengkapnyaPenyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari
23 November 2015
Senegal siap membantu Mali.
Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab
23 November 2015
Prancis menempatkan 3.500 pasukan di Mali.
Baca SelengkapnyaSayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali
21 November 2015
Kelompok-kelompok bersenjata terus melakukan serangan di Mali meskipun telah terjadi kesepakatan perdamaian antara mantan pemberontak Tuareg di bagian utara dan kelompok bersenjata pro-pemerintah, Juni lalu.
Baca SelengkapnyaSerangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas
21 November 2015
Serangan hotel di Mali itu yang diklaim oleh kelompok Al-Murabitoun dari militan bermata satu Aljazair Mokhtar Belmokhtar.
Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI
20 November 2015
Aksi teror melanda Hotel Radisson Blue, Mali, terjadi sejak Jumat pagi
Baca SelengkapnyaTeror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali
20 November 2015
Aksi ini membuat Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mempercepat kunjungan kenegaraannya ke Chad.
Baca SelengkapnyaDetik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera
20 November 2015
Pasukan khusus Mali dibantu pasukan perdamaian PBB menyerbu Hotel Radisson Blu untuk membebaskan sandera.
Baca SelengkapnyaTak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali
20 November 2015
Saat kejadian, seluruh WNI berada di lokasi yang cukup jauh dari hotel.
Baca Selengkapnya