EKSKLUSIF -Pengamat Myanmar Beberkan Pelanggaran Pemilu

Reporter

Jumat, 6 November 2015 12:50 WIB

Thinzar Shunlei Yi, aktivis pemuda Myanmar. istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Minggu, 8 November 2015, Myanmar mengadakan pemilihan calon presiden yang diklaim paling demokratis dalam sejarah negara itu. Presiden Then Sein yang berkuasa saat ini kembali maju dalam pemilu. Ia bertarung dengan pemimpin gerakan demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi yang didukung partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Di pemilu kali ini, peran generasi muda Myanmar dinilai penting untuk membawa negara terbesar kedua untuk keberagaman etnis dan luas wilayah di ASEAN setelah Indonesia, menjadi negara demokrasi atau sebaliknya mundur ke masa lalu yang berwatak militeristis dan otoriter.

Thinzar Shunlei Yi, orang muda Myanmar berusia yang belum genap 30 tahun, menuturkan tentang proses pemilu dan pendapatnya sendiri tentang pemilu kedua setelah mundurnya pemimpin junta militer Myanmar, Than Shwe dan digantikan oleh Thein Sein. Perempuan lulusan Yangon Institute of Education untuk program Bahasa Inggris tahun 2013, yang selama ini aktif di sejumlah organisasi nonpemerintah baik di tingkat nasional maupun internasional, terus menyemangati generasi muda Myanmar aktif dalam proses pemilu. "Dalam pemilu kali ini, saya menjadi pengamat," kata Thinzar Shunlei Yi kepada Maria Rita dari Tempo via email pada Selasa, 3 November 2015. Berikut petikan wawancaranya.

Pemilu akan diadakan pada 8 November mendatang. Bagaimana proses pemilu di Myanmar? Anda menemukan pelanggaran?
Setiap orang secara jelas dapat menyaksikan pelanggaran terjadi pada daftar pemilih. Daftar pemilih masih menjadi masalah juga tantangan terhadap hak kami untuk memberikan suara. Saya menyaksikan banyak orang muda mengeluh nama mereka tidak tercantum dalam daftar saat tahapan terakhir daftar dikeluarkan hari ini. Masyarakat di pedesaan kurang memberikan perhatian untuk mengoreksi atau mengklaim hak mereka untuk memilih atau memberikan suara jika mereka menghadapi situasi yang sama. Jadi, pada dasarnya hanya setengah dari jumlah kami yang dapat memberikan suara pada pemilu.

Tempat pemungutan suara (TPS) tidak dirancang cukup untuk para pemilih. Setiap TPS akan digunakan untuk 300 hingga 3.000 pemilih. Jika setiap pemilih membutuhkan waktu satu menit di TPS, dalam kurun waktu 10 jam, hanya 600 pemilih yang dapat memberikan suara. Saya khawatir mereka tidak mampu memberikan kesempatan bagi semua pemilih untuk memberikan suara dalam kurun waktu 10 jam. Tentu saja ada peluang untuk terjadi aksi kekerasan, diskriminasi, dan intimidasi, terutama yang tinggal di pedesaan, para difabel, orang-orang yang dipinggirkan, minoritas, dan LGBT. Pemilu kali ini berbeda dengan pemilu yang kami adakan pada tahun 2010, dan prosesnya sangat menarik dan baru bagi kami. Komisi pemilihan umum menghadapi tantangan teknis dan masalah ketersediaan sumber daya manusia.

Seberapa besar keinginan generasi muda Myanmar ikut serta dalam pemilu? Anda yakin mereka akan bebas memberikan suaranya?

Ini menggembirakan bahwa banyak orang muda ikut serta dalam proses pemilihan, misalnya mereka memberikan dukungan kepada partai politik di media sosial. Anak-anak muda di area pedesaan melibatkan diri dengan peran-peran berbeda, seperti sebagai kandidat, pengkampanye, pengamat, peneliti, penggerak massa, pendidik pemilu, dan sebagai pemilih. Meski begitu ya, ada sejumlah orang muda yang berpikir hal itu bukan kewajiban penting untuk memberikan suara pada 8 November. Mereka punya alasan sendiri untuk tidak mau pulang ke kampung halaman guna memberikan suara disebabkan nama mereka terdaftar di kampung mereka atau mereka tidak percaya akan ada perbedaan dengan memberikan suara hari itu. Ini terjadi karena tingkat kepercayaan mereka yang rendah tentang politik atau kurang tertarik mengenai pemilihan. Saya harus katakan mereka orang muda yang memprioritaskan untuk bertahan hidup sehari-hari daripada menggunakan waktunya untuk pergi dan memberikan suara hari itu. Orang-orang muda lebih memilih mengambil risiko daripada orang dewasa. Saya percaya mereka akan memberikan suaranya secara bebas seperti yang mereka harapkan.

Tahukah Anda berapa banyak populasi orang muda yang akan memberikan suaranya dalam pemilu?
Kami tidak tahu pasti informasi tentang persentase populasi orang muda di antara populasi yang memberikan suara.

Pemilu ini merupakan yang pertama bagi Anda untuk memberikan suara? Apa harapan Anda untuk pemenang pemilu?
Ini bukan yang pertama buat saya. Saya dulu pengamat pemilu dari orang muda dan memberikan suara saya terakhir tahun 2010. Saya sebagai pengamat saat ini. Saya ingin adil dalam mencermati partai-partai. Saya sungguh berharap orang-orang akan memilih dalam pemilu. Saya berharap tidak ada kekerasan dalam periode pemilu bersejarah ini.

Presiden Thein Sein mengatakan Myanmar telah mengalami perubahan seperti harapan warganya. Namun, Aung San Suu Kyi menolak pernyataan Thein Sein. Apakah Anda setuju dengan pernyataan Thein Sein atau apa pendapat Anda?
Saya harus mengatakan bahwa memang ada reformasi dalam lima tahun terakhir. Perubahan terbesar dalam sejarah adalah pemilu tahun 2010 menuju jalur demokrasi. Poinnya adalah apa bentuk perubahan yang masyarakat lihat dan mengapa poin "ini saatnya berubah" menjadi sangat melekat dengan masyarakat dalam pemilu tahun 2015? Perubahan pada partai oposisi tidak sama seperti klaim partai berkuasa. Saya merasa perubahan yang terjadi dalam pemerintahan Thein Sein telah terjadi. Ini saatnya bekerja bersama-sama. Kami akan melihat bagaimana hal ini dikerjakan sejalan waktu. Tidak dengan kata-kata atau seberapa baik Anda. Sebagai orang muda di negara ini, saya mohon untuk semua politikus untuk memprioritaskan pembangunan dan keadaan negara lebih baik ketimbang citra politik mereka atau argumen atas pekerjaan-pekerjaan yang telah mereka hasilkan selama ini. Ini saatnya menjadi jelas dan fokus untuk menarik keluar negara ini dari neraka, bahkan menjadi lebih baik dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara.

Myanmar saat ini menghadapi banyak masalah seperti konflik suku, korupsi, intoleransi, keterlibatan militer dalam politik praktis, dan kemiskinan. Menurut Anda, yang mana seharusnya menjadi prioritas untuk diselesaikan oleh pemenang pemilu?
Damai berada di posisi teratas. Tanpa perdamaian, kami semua warga Myanmar tidak dapat bekerja untuk membangun secara setara, dan yang terjadi ketidaksetaraan atau situasi tidak stabil, tak aman, lemahnya sikap percaya, trauma di antara anak-anak muda, pendidikan yang rendah, dan seterusnya. Pendidikan berada di urutan kedua karena orang muda merupakan masa depan negara dan sebagai pemimpin saat ini di komunitas yang berjuang sungguh-sungguh untuk mendapatkan pendidikan demokrasi. Urutan ketiga adalah memberantas korupsi yang sudah mengakar sebagai budaya. Partai pemenang dapat menginisiasi pemerintahan yang ideal dengan anggaran yang transparan dan akuntabel, juga layanan publik tanpa terjadi transaksi. Prioritas keempat adalah harus menerapkan federalisme. Ini aspek sangat penting untuk rekonsiliasi di antara kelompok-kelompok etnis. Sangat menarik bagaimana kami dapat menerapkan federalisme dalam pemerintahan ke depan dan mewujudkannya. Semua poin itu untuk generasi yang lebih muda. Kami belajar dari generasi tua dan saya berharap mereka tidak saling sungkan.

Sebagai pengamat pemilu, apa saja kegiatan Anda?
Organisasi tempat saya bekerja merekrut 1.300 orang muda dari seluruh negara untuk mengawasi jalannya pemilu. Anak-anak muda sebagai pengamat mendapatkan pelatihan. Mereka memantau proses pemilu dengan tema-tema khusus yang fokusnya anak muda. Orang muda berusia 18-35 tahun diminta ikut sebagai pemantau pemilu, dan mereka akan mewawancarai orang-orang muda di hari saat pemilu diadakan. Dan saya meneliti kandidat kaum muda. Kami mendekati 100 kandidat yang berusia 25-35 tahun dari partai-partai yang berada di seluruh negeri dan mewawancarai pendapat mereka. Hasil penelitian ini akan berguna sebagai sumber dan rekomendasi kebijakan untuk pemilu berikutnya.

Berita terkait

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi

Baca Selengkapnya

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.

Baca Selengkapnya

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.

Baca Selengkapnya

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.

Baca Selengkapnya

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.

Baca Selengkapnya

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.

Baca Selengkapnya

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.

Baca Selengkapnya