Dalai Lama (kiri) saat hadir diacara Global Compassion Summit sambil merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di University of California, Irvine, California, 7 Juli 2015. AP/Jae C. Hong
TEMPO.CO, Jakarta - Dalai Lama mengatakan, jika penggantinya seorang perempuan, dia bukan sekadar sosok penuh cinta kasih dan perhatian, tapi juga menarik. "Perempuan itu harus menarik, meski itu tidak ada kegunaannya," kata Dalai Lama dalam sebuah wawancara dengan BBC, Selasa, 22 September 2015.
Namun Dalai lama yang menanggapi pertanyaan wartawan BBC, Clive Myrie, tidak merinci pernyataannya tersebut. Pernyataan pemimpin spiritual Tibet berusia 80 itu disampaikan di sela kunjungan selama sembilan hari di London. Di sana, Dalai mengkampanyekan semangat perilaku penuh kasih dan perhatian.
Dalai Lama mengatakan pernyataannya jika penggantinya berasal dari kaum hawa bukanlah lelucon. Dia mengaku pernah membuat pernyataan sama dalam sebuah wawancara pada 2013, yang menyatakan perempuan secara biologis lebih potensial untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayang.
Komentar Dalai Lama itu dianggap sebagai reaksi atas kritik dari kelompok hak-hak perempuan di media sosial. "Saya tadinya berharap dia bisa melakukan hal lebih lagi (terhadap kaum perempuan), tapi pada akhirnya ia lag-lagi seorang yang beraliran patriarki," komentar seseorang dalam blog feminis Jezebel.com.
Sebab, pada masa lalu, Dalai Lama pernah mengatakan ia tidak suka reaksi mereka. Dalai mengatakan beberapa aktivis feminis terlalu emosional.
Wawancara itu juga membahas krisis pengungsi. Dalai Lama mendesak negara-negara Eropa untuk tidak menolak siapa pun karena keyakinan muslim mereka. Dalai Lama pun mengutuk penggunaan kekerasan di Timur Tengah.
"Kecuali Anda mengurus masalah ini dengan cara non-kekerasan, saat ini satu (Osama) bin Laden, setelah beberapa tahun sepuluh Bin Laden, setelah itu ratusan Bin Laden bisa datang," katanya.
Dalai Lama, yang bernama asli Tenzin Gyatso, menerima hadiah Nobel Perdamaian pada 1989 dan dipuji oleh aktivis di seluruh dunia karena perjuangan advokasinya bagi kemerdekaan Tibet. Ketika berusia sekitar 90-tahun, ia dikatakan akan membuat keputusan dengan para pemimpin Buddha lainnya tentang apakah ia harus diganti oleh Dalai Lama ke-15.