Warga Korut membaca salinan surat kabar harian di stasiun kereta bawah tanah di Pyongyang, Korea Utara, 22 Agustus 2015. Kedua belah pihak setuju untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi pertama mereka untuk meredakan ketegangan konfrontasi militer. AP/Dita Alangkara
TEMPO.CO, Jakarta - Pekan hak-hak asasi manusia (HAM) Korea Utara kembali digelar di Jakarta. Pekan seni yang digelar mulai Selasa, 15 September hingga Sabtu, 19 September itu akan menampilkan karya seniman yang berhasil melarikan diri dari Korea Utara, Sun Mu dan Chunhyok Kang.
“Kami berharap agar kampanye yang terus menerus untuk meningkatkan kondisi hak asasi manusia di Korea Utara ini pada akhirnya akan membawa perhatian rakyat Indonesia, dan juga pemerintah untuk bersikap lebih tegas terkait Korea Utara,” kata Sheena Winter, aktivis Citizen’s Alliance for North Korean Human Rights (NKHR) saat berkunjung ke Tempo, Senin, 14 September 2015.
Senada dengan rekannya, Michele Park Sonen mengungkapkan harapannya agar pemerintah Indonesia, yang dalam resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa yang baru lalu memberikan sikap abstain, pada saatnya akan bersikap tegas menyatakan “ya” untuk menjatuhkan sanksi bagi Korea Utara.
“Posisi yang tegas akan meningkatkan martabat Indonesia di dunia,” kata Michele, warga Amerika Serikat yang kakeknya berasal dari Korea Utara.
Pekan HAM Korea Utara yang akan dibuka Selasa sore oleh Pelapor Khusus PBB untuk HAM di Korea Utara, Marzuki Darusman itu juga akan menghadirkan pemutaran film “Crossing”.
Salah seorang pembelot Korea Utara yang hadir dalam acara kali ini, Hyuk Kim, kehilangan ibunya ketika masih berusia empat tahun. Dia sempat menggelandang, dan dipenjara karena berusaha melarikan diri dari Korea Utara.
Sedangkan Chunhyok Kang, adalah artis hip hop. Dia dan keluarganya melarikan diri dari Korea Utara pada 1998. Debut albumnya dipengaruhi pengalamannya di Korea Utara.