Pramugari Tolak Kasih Diet Coke, United Airlines Diboikot  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Minggu, 31 Mei 2015 10:06 WIB

Masih di tanggal 16 Januari 2013, badan otoritas penerbangan federal Amerika Serikat memerintahkan 6 buah pesawat Boeing 787 Dreamliner milik United Airlines "digrounded" untuk menginvestigasi kerusakan yang terjadi. Toru Hanai/Reuters

TEMPO.CO, Washington DC - Pernahkah Anda meminta satu kaleng Diet Coke pada pramugari saat penerbangan? Bila Anda seorang wanita muslim di Amerika Serikat, permintaan itu ternyata tak dapat dipenuhi.

Tahera Ahmad, 31 tahun, adalah seorang Direktur Departemen Persatuan Lintas Agama di Northwestern University. Pada Jumat, 29 Mei 2015, waktu setempat, Ahmad menumpang pesawat United Airlines dari Chicago ke Washington untuk menghadiri konferensi yang mempromosikan dialog antara pemuda Palestina dan Israel. Ia mengenakan jilbab.

Dalam penerbangan itu, Ahmad menceritakan perlakuan rasis oleh pramugari yang diterimanya di atas pesawat pada ketinggian 30 ribu kaki.

Melalui status Facebook-nya, Ahmad menuturkan bahwa ia meminta satu kaleng Diet Coke pada pramugari. Pramugari memberikan Diet Coke tersebut tapi kalengnya telah terbuka. Ahmad meminta diberikan kaleng lain yang masih tertutup. "Kami tidak bisa memberikan kaleng Diet Coke yang masih tertutup pada Anda," kata pramugari itu, sebagaimana ditulis Ahmad di statusnya.

Anehnya, pramugari itu malah memberikan bir dalam kaleng yang masih tertutup pada pria yang duduk di sebelah Ahmad. Ahmad lantas mempertanyakan mengapa pria itu bisa mendapat kaleng yang masih tertutup. Jawaban pramugari membuat Ahmad tercengang.

"Kami tidak boleh memberikan kaleng yang masih tertutup pada penumpang karena ada kemungkinan kaleng itu akan dijadikan senjata di atas pesawat," ujar di pramugrari itu.

Ahmad menganggap perlakuan itu jelas-jelas diskriminasi terhadap dirinya. Namun, penumpang lain dalam pesawat itu sama sekali tak ada yang membela Ahmad. Malahan, dia mendapat reaksi yang lebih menyedihkan.

"Seorang pria yang duduk di bangku seberang saya berteriak 'Kau muslim, diam saja'," kata Ahmad. "Pria itu mengatakan karena saya muslim, jelas saya akan menggunakan kaleng itu sebagai senjata."

Ahmad hanya bisa menangis menerima perlakuan rasis tersebut. Dia berharap ada orang yang akan membelanya tapi seluruh penumpang hanya diam.

Gerakan memboikot United Airlines pun langsung muncul di Twitter. Melalui tagar #unitedfortahera, netizen memberikan dukungan pada Ahmad dan meminta maskapai itu diboikot. "Saya meminta tolong pada Anda agar memberi tahu @united bahwa Anda jijik akan perlakuan diskriminasi rasial mereka," cuit Suhaib Webb, seorang imam muslim di Amerika Serikat pada pengikutnya.

United Airlines telah mengeluarkan tanggapan atas insiden tersebut. "Kami sungguh mendukung keberagaman dan persatuan," ujar juru bicara United, Charles Hobart.

Hobart menyatakan perusahaannya telah membuat aturan tegas untuk tidak melakukan tindak rasisme. "Kami mencoba menghubungi Ahmad untuk mendapat pemahaman lebih baik tentang peristiwa itu."

GUARDIAN | CNN | MOYANG KASIH DEWIMERDEKA

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya