TEMPO.CO, Naypyidaw -Pemerintah Myanmar berjanji untuk berkontribusi untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang dialami imigran Rohingya dan Bangladesh pekan ini.
Masalah perpindahan orang yang tidak teratur atau irregular movement of persons tersebut diangkat Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi dalam lawatan kehormatan dengan Menteri Luar Negeri Myanmar, U Wunna Maung Lwin di Naypyidaw, Kamis, 21 Mei 2015.
Dalam pertemuan tersebut diperoleh beberapa hasil penting antara lain pemerintah Myanmar sepakat untuk memperkuat langkah dalam rangka pencegahan terjadinya irregular movement of migrants dari wilayah Myanmar.
Pemerintah Myanmar siap untuk bekerja sama dengan negara-negara kawasan dalam pemberantasan perdagangan manusia atau human trafficking.
Selain itu, Pemerintah Myanmar segera memerintahkan kedutaan besarnya untuk segera melakukan kunjungan kekonsuleran ke tempat-tempat penampungan sementara para irregular migrants yang saat ini berada di Aceh.
Pemerintah Myanmar menyambut baik tawaran kerja sama Indonesia untuk pembangunan Rakhine State secara inklusif dan nondiskriminatif.
Sebelumnya, kepada Tempo, Menlu Retno menjelaskan inti pertemuan tiga negara Indonesia, Malaysia dan Thailand di Putrajaya, Malaysia, Rabu.
“Ada empat inti dari hasil pertemuan, pertama apa yang telah dilakukan oleh ketiga negara sudah melebihi kewajibannya,” kata Menlu Retno lewat pesan singkatnya.
“Kedua, Indonesia Malaysia siap memberikan bantuan kemanusiaan, dan menampung sementara para pengungsi, dengan syarat bahwa proses repatriasi dan resettlement dapat dilakukan dalam waktu satu tahun.”
“Ketiga, kerja sama untuk mengatasi akar permasalahan dan keempat kerja sama untuk memberantas perdagangan manusia,” jelas Menlu Retno.
Dari semua itu, inti untuk mengatasi masalah adalah kerja sama internasional. “Ini bukan masalah nasional namun masalah bersama yang harus diselesaikan bersama,” kata dia.
NATALIA SANTI
Berita terkait
Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer
13 jam lalu
Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.
Baca Selengkapnya5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya
5 hari lalu
Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?
Baca SelengkapnyaCuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius
6 hari lalu
Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.
Baca SelengkapnyaGiliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka
11 hari lalu
KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaPerang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand
13 hari lalu
Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.
Baca SelengkapnyaJenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak
13 hari lalu
Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.
Baca SelengkapnyaRibuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh
16 hari lalu
Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan
Baca SelengkapnyaAktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna
16 hari lalu
Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976
Baca SelengkapnyaPertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta
17 hari lalu
Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.
Baca SelengkapnyaTop 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar
18 hari lalu
Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.
Baca Selengkapnya