TEMPO.CO, Sydney - Sedikitnya 700 koala mati dibunuh oleh petugas di wilayah sebelah tenggara Australia karena populasinya dianggap berlebihan.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup negara bagian Victoria, Lisa Neville, Rabu, 4 Maret 2015, binatang tersebut sengaja dibunuh atau dilakukan eutanasia di kawasan Cape Otway, dekat taman wisata Great Ocean Road, sejak 2013 dan 2014.
"Pembunuhan itu sengaja dilakukan untuk menghindari koala-koala tersebut menderita karena mereka tidak bisa mendapatkan makanan yang cukup," kata Neville dalam sebuah pernyataan seperti dikutip kantor berita AFP.
Dia menambahkan, "Tingkat kepadatan populasi koala meningkat hingga 20 koala per hektare di Cape Otway." Petugas menemukan 686 koala dengan kesehatan memburuk di sana.
Meskipun populasi di Cape Otway meledak, keberadaan binatang berbulu yang banyak digemari orang ini kian terancam di tempat lain dalam beberapa dekade. Ancaman tersebut berupa kehilangan habitat, penyakit, diserang anjing, kebakaran hutan, dan sebab lainnya.
Dr Desley, ahli koala dari Universitas Deakin, mengatakan kepada stasiun radio 3AW bahwa dia mendukung pemusnahan koala. "Jumlah koala di Cape Otway sangat padat," ucapnya. "Bahkan tidak ada dedaunan yang tersisa untuk makanan. Mereka mati karena kelaparan."
Frank Fotinas, pengelola Bimbi Park Caravan Park di Cape Otway, mengatakan lebih baik dilakukan eutanasia terhadap koala-koala itu daripada mereka musnah akibat penyakit atau mati karena kelaparan dan penyebab alami lainnya.
"Seluruh wilayah ini (Cape Otway) mencium bau kematian koala," katanya kepada ABC, seraya menambahkan, binatang-binatang ini telah meninggalkan pepohonan dan menuju jalanan untuk mencari makanan.
AL JAZEERA |THEAGE.COM.AU | CHOIRUL
Berita terkait
Singgung AUKUS, Indonesia Ajak Australia Jaga Perdamaian Indo-Pasifik
10 Februari 2023
Indonesia desak Australia untuk bersama-sama menjaga perdamaian Indo-Pasifik, di tengah bayang kekuatan besar seperti China dan Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPM Australia Segera Kerahkan Menteri untuk Revitalisasi Dagang dengan RI
7 Juni 2022
PM Australia Anthony Albanese mengatakan revitalisasi hubungan perdagangan dan investasi dengan RI adalah prioritas di prioritas pemerintahannya.
Baca SelengkapnyaAlasan Jokowi Ajak PM Australia Gowes Pakai Sepeda Bambu
6 Juni 2022
Albanese menganggap ajakan Jokowi untuk naik sepeda bambu ini sebagai sebuah kehormatan besar.
Baca SelengkapnyaJokowi Beberkan 5 Poin Hasil Pertemuan Bilateral dengan PM Australia
6 Juni 2022
Jokowi mengatakan isu yang dibicarakan ialah seputar perdagangan dan investasi kedua negara.
Baca SelengkapnyaTemui Jokowi, PM Australia Ingin Revitalisasi Hubungan Dagang dengan RI
6 Juni 2022
Albanese merupakan pemimpin terpilih Australia yang baru dilantik pada 23 Mei lalu.
Baca SelengkapnyaWarga Australia Antusias Belajar Gamelan Bali dan Angklung dari KBRI Canberra
17 Oktober 2021
Para Mahasiswa dari Defence Force School of Languages Australia di Canberra antusias belajar gamelan Bali dan angklung dari workshop KBRI Canberra.
Baca SelengkapnyaIndonesia Cultural Circle Pamer Pesona Nusa Tenggara Timur ke Australia
20 Juni 2021
Masyarakat Australia dan kalangan diplomatik terpikat keindahan Nusa Tenggara Timur ketika menghadiri Indonesia Cultural Circle (ICC) KBRI Canberra.
Baca SelengkapnyaFestival Indonesia Meriahkan Kota Kecil di Pantai Utara Australia
2 Juni 2021
Festival Indonesia, ASYIK Indonesia Arts Festival, menampilkan pertunjukan budaya Indonesia ke penduduk kota pesisir Australia di New South Wales.
Baca SelengkapnyaKemendag RI dan KBRI Canberra Fasilitasi MoU BUMN dengan Perusahaan Australia
28 Mei 2021
MoU antara PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI/Persero) dan N Brothers Ltd/Import Station Trading Pty Ltd dilakukan di KBRI Canberra, Australia.
Baca SelengkapnyaIndofest 2021 Australia Obati Kerinduan akan Indonesia
31 Maret 2021
Festival Indonesia terbesar di Australia, Indofest, menampilkan budaya dan kuliner nusantara untuk mengobati kerinduan terhadap Indonesia.
Baca Selengkapnya