Pegida (Patriotic Europeans Against the Islamisation of the Occident) atau gerakan anti Islam. Pemimpin Jerman, Kanselir Angela Merkel mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan rasis. Dresden, Jerman 5 Januari 2015. Mehmet Kaman/Getty Images
TEMPO.CO, Berlin - Kanselir Jerman Angela Merkel bergabung dengan komunitas muslim yang turun ke jalan untuk mengkampanyekan kehidupan bertoleransi, mengutuk serangan terhadap majalah mingguan Charlie Hebdo di Paris, dan menentang gerakan anti-Islam yang mulai marak.
Berbicara di depan para pengunjuk rasa di Berlin, Selasa, 13 Januari 2015, Merkel menyeru warga Jerman agar tidak meminggirkan kaum muslim atau warga minoritas. Dia mengatakan, "Orang-orang yang memandang seseorang karena imannya tidak tergolong bangsa ini. Mereka tidak bakal dapat tempat di sini karena kebencian terhadap orang asing, rasisme, dan ekstremisme."
Sementara itu, Presiden Joachim Gauck dalam pidatonya di Gerbang Brandenburg di sebuah acara yang digelar oleh Dewan Muslim Jerman, berucap, "Kita semua warga Jerman menjunjung tinggi demokrasi dengan beragam perbedaan latar belakang politik, budaya, dan agama. Kita menghargai dan saling membutuhkan satu sama lain. Kita ingin hidup dalam persatuan, keadilan, dan kebebasan."
Sebelumnya, kelompok anti-Islam di Jerman, Pegida, berunjuk rasa di beberapa kota untuk menentang serangan terhadap Charlie Hebdo dan supermarket milik kaum Yahudi yang memakan korban tewas 17 orang.
Merkel pada Senin, 12 Januari 2015, mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin empat juta muslim di Jerman seraya mengutuk serangan yang mengatasnamakan agama di Paris. "Warga Jerman ingin hidup berdampingan secara damai dengan umat muslim dan pemeluk agama lainnya."