Tari Indonesia Buka Konferensi Iklim di Lima, Peru
Editor
Sunu Dyantoro
Rabu, 3 Desember 2014 08:44 WIB
TEMPO.CO, Lima - Warga Peru, Amerika Latin, menarikan tarian tradisional dari Sumatera Barat, Serampang 12, di Paviliun Indonesia dalam pembukaan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Conference of The Parties United Nations Framework Convention on Climate Change ke-20 dan Kyoto Protocol (CMP) ke-10 di Pentagonito, San Borja, Lima, Peru, pada Senin sore waktu Lima, 1 Desember 2014, atau Selasa waktu Jakarta, 2 Desember 2014. Mereka juga menari dengan gerakan tari jaipong disertai campuran musik tradisional Bali. (Konferensi Perubahan Iklim, Indonesia Bawa 5 Isu)
Duta Besar Republik Indonesia untuk Peru, Moenir Ari Soenanda, mengatakan semua penari merupakan warga Peru yang dikirim ke Indonesia sebelum konferensi berlangsung. "Mereka belajar menari sejumlah tari tradisional Indonesia hingga mahir seperti sekarang ini," kata Moenir.
Paviliun Indonesia merupakan bagian dari parallel event Konferensi Perubahan lklim Perserikatan Bangsa-Bangsa. Indonesia membahas 12 topik mengenai aksi nyata mengatasi perubahan iklim. Paviliun Indonesia pada Konferensi PBB Perubahan Iklim pertama kalinya diselenggarakan pada COP13/CMP3 di Bali tahun 2007. Kemudian setiap tahun dihelat Konferensi Perubahan Iklim PBB di negara yang berbeda. Selain Paviliun Indonesia, terdapat paviliun dari beberapa negara yang juga berbagi pengalaman tentang aksi perubahan iklim di negara masing-masing.
Moenir menyatakan Paviliun Indonesia dibuka dengan maksud melakukan diplomasi halus menuju kesepakatan perjanjian perubahan iklim 2015. Tema Paviliun Indonesia tahun ini adalah "Climate Talks to Climate Actions". Indonesia mengajak negara lain untuk berbagi pengalaman dan berdiskusi guna menemukan solusi terbaik ihwal transisi menuju masyarakat rendah emisi karbon. (Suhu Bumi Kian Panas, Lebih Cepat dari Perkiraan)
Indonesia, kata dia, telah menjalankan sejumlah program untuk mengatasi perubahan iklim. Di antaranya Reducing Emissions from Deforestration and Forest Degredation atau REDD+, kebijakan ketahanan energi dan transportasi, serta pendanaan perubahan iklim.
Indonesia mengajak negara kawasan Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations, organisasi internasional, masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk terlibat.
Kepala Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim Amanda Katili Niode mengatakan Paviliun Indonesia yang keempat kalinya ini mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan. "Animo peserta meningkat," katanya.
SHINTA MAHARANI (LIMA, PERU)
Baca berita lainnya:
Risiko jika Jokowi Tenggelamkan Kapal Ilegal
Muhammad, Nama Bayi Lelaki Terpopuler di Inggris
Hari Ini, Gubernur FPI Batal Blusukan
Cara Sah Lawan 'Kejahatan' Munas Golkar di Bali