Para mahasiswa berkumpul memprotes pembunuhan 43 mahasiswa di Meksiko City, 9 November 2014. Unjukrasa terjadi setelah ditemukan makam ke-43 mahasiswa yang diculik polisi. REUTERS/Edgard Garrido
TEMPO.CO, Kota Meksiko - Keluarga dari 43 mahasiswa yang hilang secara misterius memimpin parade massa menuju Kota Meksiko untuk meminta keadilan dan kejelasan nasib para mahasiswa. Aksi demo yang diikuti ribuan orang ini diklaim sebagai aksi demo terbesar sejak kasus ini terungkap.
Teman-teman dari mahasiswa yang hilang telah berkeliling ke seluruh Meksiko dan sudah mengumpulkan massa yang lebih banyak sejak sepekan yang lalu. Rabu malam, pendemo sudah terkumpul menjadi tiga kelompok dan siap mengepung Istana Kenegaraan Meksiko di Zocalo Plaza. (Baca: 43 Mahasiswa Dibunuh, Istana Negara Meksiko Dibakar)
"Di balik kebohongan pemerintah, kami akan mengerahkan seluruh massa untuk mengubah keadaan. Nasib teman-teman kami belum jelas," kata salah satu siswa, Omar Gracia, seperti dilaporkan The Guardian, Kamis, 20 November 2014.
Di lokasi lain, sekelompok kecil pendemo mengalami bentrok dengan polisi di dekat Mexico City International Airport. Sekitar 200 pendemo melemparkan batu dan bom molotov ke arah polisi. "Tidak ada korban jiwa dalam bentrok ini," kata salah satu polisi.
Sebanyak 43 mahasiswa diduga telah diculik oleh polisi, yang kemudian menyerahkan mereka kepada kelompok bandit di Iguala. Para gangster ini lalu menyiksa dan membakar mereka hingga tewas. (Baca: 43 Mahasiswa Meksiko Dibunuh dan Dibakar Gangster)
Sebelumnya, para mahasiswa itu berencana menggelar demo mengkritik pemerintah Wali Kota Iguala, Jose Luis Abarca. Adapun kasus ini itu membuat Jose dan istrinya, Maria de los Angeles Pineda, ditangkap dan dinyatakan sebagai otak pembunuhan massal para mahasiswa. Polisi juga menahan 72 tersangka lain yang diduga terlibat dalam kasus ini.
Sekitar 20 ribu demonstran menuntut Trump menghormati negara mereka, membatalkan rencana pembangunan tembok di perbatasan kedua negara, serta meminta maaf.