Sejumlah petugas kesehatan berada didepan tenda yang digunakan untuk korban virus Ebola yang tewas di Rumah Sakit Pemerintah Kenema, Kenema, Sierra Leone (9/8). Jumlah korban tewas akibat wabah Ebola di Afrika Barat kini telah mencapai 1.013 orang. AP/ Michael Duff
TEMPO.CO, Monrovia - Pemerintah Liberia mengkonfirmasi ada 17 pasien ebola yang kabur saat sebuah pusat kesehatan di ibu kota Monrovia diserang pada Sabtu lalu waktu setempat. Padahal, sebelumnya pemerintah mengatakan pasien tidak kabur, melainkan hanya dipindahkan ke fasilitas kesehatan di lokasi lain. (Baca: Rumah Sakit Liberia Diserang, Pasien Ebola Kabur)
Menteri Informasi Liberia Lewis Brown mengatakan bahwa 17 dari 37 pasien yang dikarantina "dikembalikan ke masyarakat". Brown menjelaskan akan melakukan pelacakan. Namun, ia tidak yakin pasien yang kabur akan kembali.
"Sebagian pasien yang datang ke pusat kesehatan ini masuk secara sukarela. Mereka yang datang adalah yang masih ingin hidup," kata Brown. (Baca juga: Surat Pengawasan Ebola Belum Diterima Imigrasi)
Asisten Menteri Kesehatan Tobelrt Nyenswah mengatakan para pengunjuk rasa, yang akhirnya memicu aksi kekerasan ini, tidak suka pasien dibawa ke pusat kesehatan. Mereka yakin bahwa wabah ebola hanya sebuah kebohongan. Mereka memaksa pusat kesehatan itu ditutup dan juga mencuri obat-obatan dari sana.
"Saat kerusuhan terjadi, mereka merusak sejumlah barang. Kasur bernoda darah, selimut, dan peralatan medis juga diambil. Ini malah akan menyebabkan penyebaran virus," kata seorang polisi senior, seperti dilaporkan BBC News, Selasa, 19 Agustus 2014.
Ebola yang tersebar tahun ini adalah yang terburuk sejak pertama kali ditemukan pada 1976. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan ada 1.310 warga di Liberia yang dipastikan terinfeksi virus ebola dan 154 di antaranya meninggal.