Menlu Kanada John Baird (kiri) bersama Menlu Marty Natalegawa di Gedung Pancasila, Jakarta, 5 Agustus 2014. TEMPO/Natalia Santi
TEMPO.CO, Jakarta- Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menilai situasi di Gaza semakin memprihatinkan. Tidak saja jumlah korban bertambah tetapi juga banyaknya bayi dan perempuan yang menjadi korban. “Ini di luar batas kemanusiaan dan kewajaran,” kata Marty seusai Forum Konsultasi Bilateral (FKB) dengan Menteri Luar Negeri John Baird di Gedung Pancasila, Jakarta, Selasa, 5 Agustus 2014. (Baca: Di Gaza, Warga Kuburkan Jasad di Kulkas)
Marty yang langsung bertolak ke ibu kota Myanmar, Nay Pyi Daw, Selasa sore, menyatakan Indonesia akan menggunakan kesempatan Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN di Nay Pyi Daw, Myanmar, pekan depan untuk mendesak sikap tegas kawasan terhadap aksi kekerasan yang terjadi di Jalur Gaza. “Indonesia akan meminta pembahasan khusus Palestina dalam kerangka ASEAN,” kata Marty. (Baca: Listrik Padam di Gaza, Bayi Shayma Tewas)
Masalah kekerasan di Jalur Gaza juga menjadi pembahasan dalam pertemuan Marty dan Menlu Kanada. Meskipun tidak disebut-sebut soal siapa yang memulai atau mengulang, mengingat kedekatan hubungan Kanada dengan Israel, kedua negara sepakat agar kekerasan di Jalur Gaza dihentikan.
Saat ini terdapat 21 warga negara Indonesia di Gaza. Sembilan belas di antaranya adalah relawan dan dua warga yang menetap di sana. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, sampai saat ini tidak ada WNI jadi korban di Gaza. Keberadaan mereka dipantau oleh Kedutaan Besar RI di Amman, Yordania, dan KBRI Kairo.
“KBRI Amman dan Kairo terus memantau dan menjalin komunikasi dengan mereka,” kata Tene kepada Tempo.