Seorang perempuan Libya mengibarkan bendera nasional saat merayakan ulang tahun ketiga pemberontakan melawan Muammar Gaddafi di Lapangan Kebebasan di Benghazi (17/2). REUTERS/Esam Omran Al-Fetori
TEMPO.CO, Jakarta: Amerika Serikat menutup kedutaannya di Libya dan mengevakuasi seluruh stafnya ke Tunisia seiring meningkatnya bentrokan antarmilisi di Tripoli, ibu kota Libya, Sabtu, 26 Juli 2014.
"Sehubungan bentrok yang sedang terjadi antarmilisi segera mendekati gedung Kedutaan Amerika Serikat di Tripoli, kami sementara ini memindahkan seluruh staf kami keluar dari Libya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Marie Harf. (Baca: Filipina Pulangkan 13 Ribu Warganya dari Libya)
Tak hanya seluruh staf kedutaan yang dievakuasi, pasukan marinir yang mengamankan gedung kedutaan juga dipindahkan ke Tunisia. Mereka dievakuasi dengan menggunakan pesawat terbang militer Amerika. Pemerintah Amerika juga meminta warganya untuk tidak berkunjung ke Libya.
Evakuasi ini dilakukan karena Amerika tak mau mengulangi peristiwa serangan terhadap kantor kedutaannya di Kota Benghazi pada tahun 2012 yang menewaskan sejumlah stafnya. Langkah Amerika menutup kedutaannya di Libya merupakan yang kedua kalinya dalam kurun waktu lebih dari tiga tahun terakhir. (Baca: Bandara Tripoli Digempur, 90 Persen Pesawat Hancur)
Turki sudah lebih dulu menarik sekitar 700 stafnya keluar dari Libya. Awal pekan ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan penarikan seluruh stafnya dari Libya.
Bentrok bersenjata antarmilisi semakin parah di Libya sejak tewasnya pemimpin Libya Muammar Khadafi. Sejak 2011, Libya di bawah kendali para milisi. Dengan ketiadaan angkatan bersenjata, Pemerintah Libya semakin kehilangan kendali terhadap seluruh wilayah dalam dua tahun terakhir.