Sejumlah anggota keluarga korban pesawat Malaysia Airlines MH-17 berada di dalam bus yang membawa mereka ke bagian lain di Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda, Kamis 17 Juli 2014. REUTERS/Cris Toala Olivares
TEMPO.CO, Perak - Manusia boleh berencana, tapi Tuhan yang menentukan. Sepertinya itulah terjadi pada pilot pesawat MH17, Wan Amran Wan Hussin, yang pesawatnya jatuh di timur Ukraina pada Kamis sore, 17 Juli 2014. Nyawanya terenggut dalam kecelakaan itu sebelum Hussin bisa mewujudkan rencananya untuk pergi haji tahun ini.
Amaluddin Noorshah, keponakan Hussin, bercerita kepada Bernama, Jumat, 18 Juli 2014, Hussin ingin mengajak kakak tertuanya, Win Aini, untuk ikut bersamanya pergi haji saat ia kembali ke tempat tinggalnya di Kota Lama Kiri, Kuala Kangsar, Perak. Niatnya itu Hussin beberkan saat berbuka puasa dengan kerabatnya pekan lalu.
Noorshah mengaku ia tahu tentang kabar dari pamannya itu dari grup WhatsApp keluarganya. Ia tak menyangka pamannya yang telah bekerja selama 20 tahun sebagai pilot akan meninggal dengan cara seperti ini.
Hussin menerbangkan MH17 dari Amsterdam ke Kuala Lumpur saat melewati Ukraina dan tertembak roket. Pejabat Ukraina menyebut roket itu ditembakkan dari kelompok pro-Rusia yang berada di dekat perbatasan, tapi mereka membantahnya. RINDU P. HESTYA | BERNAMA