Warga Mosul mengungsi menuju wilayah Kurdi di Irbil, Irak, 350 kilometer (217 mil) utara Baghdad (10/6). Militan Islam telah merebut markas pemerintah provinsi, basis keamanan dan bangunan penting lainnya. Perdana Menteri Nouri al-Maliki mendesak parlemen untuk menyatakan keadaan darurat. AP
TEMPO.CO, Bagdad - Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki memecat empat komandan seniornya, Selasa, 17 Juni 2014, karena dianggap tidak profesional dan meninggalkan tugas militer seminggu setelah Kota Mosul jatuh ke tangan militan Sunni.
Salah satu pejabat top yang dilengserkan itu adalah Letnan Jenderal Mehdi Sabah Gharawi. Dia adalah komandan tertinggi pasukan militer di Provinsi Nineveh yang dikuasai kelompok Sunni. Menurut keterangan dari sumber di pemerintahan, Jenderal Gharawi dianggap tidak cakap dalam menjalankan tugas.
Komandan lain yang kehilangan jabatan yaitu Hidayat Abdulraheem. "Dia kabur dari medan tempur dan akan diseret ke mahkamah militer untuk diadili secara in absentia," ujar sumber tersebut.
Sebuah serangan besar oleh kelompok militan yang dimotori kaum jihadis dari Negara Islam Irak dan Mediterania (ISIL) serta kelompok lainnya telah menguasai Provinsi Nineveh dan tiga provinsi lain di Irak.
Pasukan keamanan pemerintah tampil sangat buruk dalam pertempuran yang berlangsung beberapa hari ini. Bahkan dalam beberapa kasus mereka melepas seragam militer dan meninggalkan kendaraan mereka. Setelah pulih dari keterkejutan karena gempuran pemberontak, mereka berhasil meraih kembali kawasan yang hilang, namun para gerilyawan tetap melanjutkan pertempuran sehingga menguasai daerah lain.