Dua anak menggotong tabung gas melewati jalanan bersalju di kawasan kamp pengungsi Suriah, Libanon (11/12). Musim dingin tahun ini diperburuk dengan adanya badai Alexa yang membekukan dan berangin kencang. REUTERS/Mohamed Azakir
TEMPO.CO, BEIRUT — Badan Dunia untuk Pengungsi (UNHCR) mengumumkan, pengungsi Suriah yang melarikan diri ke Lebanon telah menembus satu juta orang, Kamis, 3 April 2014. Kepala UNHCR Antonio Guterres mengatakan jumlah tersebut sangat mengkhawatirkan. Sebab Lebanon yang berpenduduk enam juta jiwa itu mengalami kesulitan untuk membantu para pengungsi dari negara tetangga.
“Lebanon membutuhkan bantuan dana untuk dapat mencukupi kebutuhan pengungsi,” kata Guterres seperti dilansir VOA. UNHCR menambahkan, jumlah pengungsi Suriah kini seperempat dari total penduduk Lebanon. Separuh dari seluruh pengungsi itu adalah anak-anak yang kini hidup dalam kondisi yang sangat buruk dan tergantung dengan bantuan internasional. Saat ini terdapat 2,6 juta pengungsi Suriah di negara-negara tetangga dan 6,5 juta pengungsi di dalam Suriah. (Baca: Perang Suriah Menelan 150 Ribu Jiwa)
PBB pada tahun ini telah meminta bantuan dana sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 40 triliun untuk pengungsi Suriah. Separuh dari bantuan itu akan disalurkan kepada mereka di Lebanon. Namun hingga berita ini ditulis, bantuan baru mencapai 13 persen dari total kebutuhan. (Baca: PBB: Warga Suriah Pencari Suaka Terbesar Dunia)
Sementara Menteri Sosial Lebanon Rachid Derbas juga meminta dukungan internasional untuk mengatasi masalah pengungsi yang kian membebani negeri kecil itu. "Kami menyerukan kepada komunitas Arab dan internasional untuk membantu kami mengatasi beban ini, sebelum persoalan ini meledak menjadi masalah global," ujar Derbas.
Beban Lebanon dengan membludaknya pengungsi Suriah sangat terasa, terutama di sektor-sektor layanan publik, seperti kesehatan, pendidikan, listrik, air bersih, dan sanitasi. Bank Dunia melaporkan bahwa akibat mengalirnya pengungsi Suriah, Lebanon kehilangan pendapatan hingga US$ 2,5 miliar pada tahun lalu.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut dunia akan menjadi tempat yang lebih baik karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump "idiot."