Raut wajah keluarga korban pesawat Malaysia Airlines yang hilang terlihat usai mendengar pernyataan PM Malaysia, Najib Razak di Beijing, Cina, (25/3). Najib Razak menyatakan bahwa MH370 berakhir di Samudra Hindia. (AP Photo/Ng Han Guan)
TEMPO.CO, Jakarta - Sinyal elektronik alias “ping” yang dikirim pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 ke satelit pukul 08.11 pada 8 Maret 2014 ternyata bukan sinyal terakhir pesawat nahas itu. Menurut Menteri Pertahanan sekaligus pejabat sementera Menteri Transportasi Malaysia, Hishammuddin Hussein, MH370 ternyata kembali mengirim "ping" delapan menit kemudian pada pukul 08.19.
Sayangnya, menurut Hussein, sinyal terakhir tersebut tidak lengkap sehingga sulit dimengerti. “Kali ini, transmisi yang diterima tidak dapat dimengerti dan masih terus dianalisis,” katanya.
"Ping" berikutnya seharusnya diterima satelit pada 09.15, tapi tidak pernah tiba. Diduga, sinyal putus lantaran pesawat kehabisan bahan bakar. "(Waktunya) konsisten dengan kemampuan terbang maksimal pesawat itu,” kata Hussein.
Untuk menyakinkan keluarga bahwa MH370 jatuh di Samudra Hindia, pemerintah Malaysia membeberkan analisis data dari Inmarsat, perusahaan telekomunikasi Inggris, atas data satelit. Inmarsat menyimpulkan bahwa MH370 jatuh ke perairan dalam, 18 hari lalu, dan tidak ada penumpang yang selamat.
Hingga kemarin, upaya mencari puing-puing pesawat nahas itu di Samudra Hindia, sekitar 1.500 mil barat daya Perth, belum membuahkan hasil. Keluarga para penumpang tetap menuntut pihak Malaysia Airlines memberikan bukti bahwa MH370 telah jatuh dan tenggelam.