Pengadilan AS Minta Google Hapus Film Anti-Islam

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Kamis, 27 Februari 2014 08:40 WIB

Seorang peserta aksi unjuk rasa melempar batu di depan Kedubes AS, Jalan Merdeka Selatan, Senin (17/9). Aksi digelar massa Front Pembela Islam (FPI) dan Laskar Pembela Islam (LPI) memprotes dirilisnya video 'Innocence of Muslims.' TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Washington - Sebuah pengadilan banding di Amerika Serikat pada Rabu, 26 Februari 2014, memerintahkan Google Inc untuk menghapus film anti-Islam di situs YouTube. Film berjudul Innocence of Muslims itu sebelumnya memicu protes umat Islam di di seluruh dunia.(baca juga: Film Hina Nabi, Mesir Blokir Youtube Sebulan)

Dengan suara 2:1, panel yang terdiri atas sembilan juri menolak pernyataan Google bahwa penghapusan film itu melanggar Konstitusi AS. Pihak Google dikabarkan akan mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi. "Kami sangat tidak setuju dengan putusan ini dan akan melawannya," kata juru bicara Google.

Penggugat, Cindy Lee Garcia, mengajukan keberatan atas film tersebut dengan menyatakan klip yang dia buat itu untuk film yang berbeda. Film itu sebagian juga disulihsuarakan, termasuk saat ia muncul dalam salah satu adegan dan bertanya, "Apakah Muhammad Anda seorang pemangsa anak?"

Cris Armenta, pengacara Garcia, mengatakan dia senang dengan keputusan tersebut. "Memerintahkan YouTube dan Google untuk menghapus film itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan," kata Armenta dalam surat elektroniknya kepada Reuters. Ia menyatakan, saat diajak syuting, kliennya hanya diberitahu bahwa film yang akan dibintanginya adalah film tentang petualangan. (baca:Nyawa Pembuat Film Anti-Islam Dihargai US$ 200 Juta)

Film kontroversial itu mulai muncul di YouTube tahun 2012, memicu kegemparan di berbagai negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Dalam film itu, Nabi Muhammad digambarkan sebagai orang bodoh dan menyimpang secara seksual. (baca:Puluhan Ribu Kader PKS Bergerak ke Kedubes AS)

Reaksi marah ini berbarengan dengan serangan terhadap fasilitas diplomatik AS di Benghazi, Libya, yang menewaskan empat warga Amerika, termasuk Duta Besar AS untuk Libya. AS dan kedutaan asing sekutunya juga diserbu demonstran di Timur Tengah, Asia, dan Afrika.

Google telah menolak menghapus film itu dari YouTube meskipun ada tekanan dari Gedung Putih dan lembaga lainnya. Di pengadilan, Google menyatakan bahwa Garcia muncul dalam film selama lima detik. Mereka juga menyatakan, karena film ini kini telah menjadi bagian penting dari debat publik, maka tidak seharusnya film ini dihapus. "Hukum kita mengizinkan, bahkan memberikan kritik pada pemerintah, pemimpin politik, dan tokoh agama sebagai cara yang sah dalam kebebasan berbicara," bunyi pernyataan Google.(baca: Produser Film Anti-Islam Dipenjara Setahun)

REUTERS | TRIP B

Berita terkini:
Setelah Anoa, Unta Kebun Binatang Surabaya Mati
Sidang Perdana Adik Atut Ditunda Lagi
Sidang Emir Moeis Datangkan Saksi Ahli Hari Ini
Katy Perry dan John Mayer Putus Lagi

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya