TEMPO.CO, Manila - Militer Filipina menuduh penjaga pantai Cina sudah mulai bertindak agresif dengan menyerang nelayan asal Filipina di wilayah sengketa Laut Cina Selatan. Kepala Militer Filipina Jenderal Emmanuel Bautista mengatakan kapal-kapal Cina menembakkan meriam di dekat Scarborough Shoal--wilayah sengketa yang lokasinya strategis di Laut Cina Selatan--pada 27 Januari lalu.
"Penjaga pantai Cina mencoba mengusir kapal-kapal nelayan Filipina sampai menggunakan meriam air," ujar Bautista dalam forum Perhimpunan Koresponden Asing di Filipina, Senin, 24 Februari 2014.
Namun Bautista tidak menjelaskan ada-tidaknya korban yang terluka dalam insiden itu. Dia menuturkan aksi serupa terus berlanjut. Para penjaga pantai selalu mengusir para nelayan yang mencari ikan di Laut Cina Selatan. Penjaga pantai ini, menurut laporan yang diterimanya, bahkan membawa senjata lengkap.
Scarborough Shoal terletak 220 kilometer dari pulau utama Filipina, Luzon. Lokasi ini berjarak sekitar 650 kilometer dari Pulau Hainan, wilayah daratan Cina terdekat. Pada April 2012, Filipina dan Cina terlibat konflik menegangkan. Cina menduduki kepulauan itu sebagai bagian dari klaim atas sebagian besar Laut Cina Selatan, termasuk perairan di dekat pantai tetangganya.
Filipina, bersama Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam juga memiliki klaim-klaim atas bagian laut di sana sehingga persaingan telah menjadi sumber ketegangan selama beberapa dekade. Laut Cina Selatan merupakan salah satu perairan dunia yang paling penting karena merupakan rumah bagi jalur pelayaran penting dan diyakini memiliki kandungan minyak dan gas yang besar.
Tahun lalu, Manila meminta pengadilan arbitrase Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memutuskan keabsahan klaim Cina atas sebagian besar laut. Namun pihak Beijing menolak menjadi bagian dari proses. "Kami terus mengutamakan resolusi damai (atas sengketa itu), terutama melalui arbitrase internasional," kata Bautista. Dia menyatakan akan terus berjuang mempertahankan wilayah itu, salah satunya dengan memodernisasi angkatan bersenjata untuk melawan Cina, misalnya membeli 12 jet tempur dari Korea Selatan.
Adapun juru bicara Kedutaan Besar Cina hingga berita ini diturunkan belum bisa dihubungi untuk memberi komentar. Pemerintah Cina juga belum memberi tanggapan atas tudingan Bautista.