Pemimpin Oposisi Thailand Cemooh Status Darurat  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Rabu, 22 Januari 2014 10:17 WIB

Spanduk besar bertuliskan "Shutdown Bangkok" terpampang di dekat para pendemo yang sedang berorasi di dekat pusat perbelanjaan MBK Center di Bangkok (12/1). Massa anti pemerintah memblokade jalan-jalan protokol dalam aksi masa besar-besaran untuk menggulingkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra. (AP Photo/John Minchillo)

TEMPO.CO, Bangkok - Pemimpin gerakan protes anti-pemerintah Suthep Thaugsuban, Selasa, 21 Januari 2014 malam, mencemooh penetapan dekrit darurat di Bangkok dan provinsi sekitarnya. Dia mengatakan, pendukungnya tidak takut dan memastikan bahwa demonstrasi akan terus berlanjut.

"Apakah ada sesuatu yang darurat di negara ini?" katanya di depan massa pendukungnya di sebuah panggung di Pathumwan, Bangkok, Selasa malam. "Kami telah melakukan protes selama tiga bulan. Mengapa mengumumkan keadaan darurat sekarang? "

Pernyataan Shutep ini menanggapi pengumuman yang disampaikan oleh Wakil Menteri Dalam Negeri Thailand, Selasa, 21 Januari 2014, yang menyatakan pemerintah Thailand telah memberlakukan keadaan darurat selama 60 hari di Bangkok dan provinsi sekitarnya. Status darurat mulai berlaku hari ini, Rabu, 22 Januari 2014.

Shutep, pemimpin Komite Reformasi Rakyat Demokratis, berjanji untuk menentang semua perintah yang dikeluarkan berdasarkan status darurat tersebut. "Kami akan menentang mereka semua," katanya. "Kami akan menggunakan pengeras suara, bahkan jika mereka melarang kami menggunakannya. Kami akan melakukan segala sesuatu yang mereka larang."

Usaha-usaha sebelumnya oleh pemerintah untuk memberlakukan dekrit darurat diblokir oleh militer. Keputusan penetapan status darurat pada hari Selasa itu dilakukan menyusul gelombang serangan kekerasan terhadap para demonstran di tengah upaya mereka melakukan Bangkok Shutdwon yang kini memasuki minggu kedua.

Shutep dan pendukungnya terus menggelar demonstrasi untuk memaksa Perdana Menteri caretaker Yingluck Shinawatra turun. Mereka menolak pemilihan umum 2 Februari 2014 sebagai solusi krisis politik di Thailand dan meminta adanya reformasi secara menyeluruh sebelum pemilihan umum dilaksanakan.

Partai oposisi utama Thailand, Demokrat, memboikot pemilihan umum tersebut. Shutep adalah mantan politikus Demokrat dan mantan wakil perdana menteri pemerintahan periode sebelum Yingluck.

BANGKOK POST | ABDUL MANAN

Berita terkait

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

18 November 2018

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.

Baca Selengkapnya

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

26 Oktober 2017

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.

Baca Selengkapnya

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

30 Agustus 2017

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.

Baca Selengkapnya

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

27 Agustus 2017

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.

Baca Selengkapnya

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

11 Agustus 2017

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat

Baca Selengkapnya

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

20 Juli 2017

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.

Baca Selengkapnya

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

11 Juni 2017

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.

Baca Selengkapnya

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

16 Mei 2017

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn

Baca Selengkapnya

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

11 Mei 2017

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.

Baca Selengkapnya

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

28 April 2017

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.

Baca Selengkapnya