'Mission Impossible' John Kerry di Timur Tengah  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Rabu, 15 Januari 2014 05:53 WIB

John Kerry. REUTERS/Jason Reed

TEMPO.CO , Jerussalem: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengawali pekan pertama tahun 2014 dengan mengunjungi Timur Tengah. Ia melawat ke sejumlah negara di kawasan ini, tapi agenda utamanya adalah membahas masa depan pembicaraan damai antara Israel dan Palestina yang perkembangannya tak terlalu menggembirakan.

Ini adalah kunjungan ke-10 Kerry ke kawasan ini, untuk memastikan perundingan yang dimediasi AS ini mencapai kesepakatan April mendatang. Perundingan damai, yang menjadi prioritas utama kebijakan luar negeri Kerry, dimulai lagi Agustus 2013 lalu setelah mandeg selama tiga tahun.

Sejak Agustus 2013, setidaknya 20 kali tim negosiasi dua pihak bertemu, tapi hasilnya jauh dari memuaskan. Israel memang sudah membebaskan puluhan tahanan Palestina, tapi sikapnya yang terus membangun pemukiman baru di daerah pendudukan mengganjal pembicaraan damai. Sembilan warga Palestina dan tiga warga Israel tewas ditembak sejak wmpat bulan lalu.

Israel dan Palestina memberikan penilaian suram atas kemajuan pembicaraan damai ini. Sejumlah analis malah menyebut upaya tak kenal lelah ini sebagai 'mission impossible'. Tapi, eks senator partai Demokrat ini tetap optimistis dan mengatakan bahwa ini "bukan mission impossible (misi yang tak mungkin berhasil)".

Saat mulai menjabat menteri luar negeri di pemerintahan kedua Barack Obama, 2013 lalu, Kerry memperingatkan bahwa solusi damai dua negara 'Israel-Palestina' bisa hilang. Solusi Kerry berpijak pada pembagian Yerusalem menjadi dua bagian: Yerusalem Barat menjadi ibukota Israel, Yerussalem Timur sebagai ibukota Palestina.

Dalam kunjungan terbaru ini, 3-5 Januari 2014, Kerry juga memperingatkan bahaya bagi Israel jika perundingan damai ini gagal. "Apa Israel ingin ada intifada ketiga?" kata Kerry, dalam wawancara dengan TV Channel 2 Israel, Sabtu 4 Januari lalu. Intifada pertama meletus tahun 1987, kedua tahun 2000. Ia juga mengkhawatirkan adanya peningkatan isolasi internasional terhadap Israel.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Kerry membawa proposal perdamaian. Meski isi persisnya belum diumumkan terbuka, sejumlah sumber mengatakan, proposal itu meliputi dua isu krusial: ditoleransinya kehadiran militer Israel di Lembah Yordan di Tepi Barat dan adanya pengakuan Palestina atas Israel sebagai negara Yahudi.

Para pejabat Palestina mengakui bahwa Kerry menekankan soal pengakuan tersebut saat bertemu Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas. "Kami membuat sikap jelas bahwa kami tak akan menandatangani perjanjian yang mengakui Israel sebagai negara Yahudi," kata seorang pejabat Palestina.

Pemimpin Palestina berkeyakinan, jika mereka memberi pengakuan seperti itu, hak-hak sekitar 1,5 juta warga Arab yang ada di Israel akan hilang dan itu juga akan melemahkan klaim sekitar 5 juta pengungsi dan keturunannya untuk mendapatkan "hak kembali" ke rumah yang sekarang berada di Israel. Mereka jadi pengungsi setelah negara Israel berdiri tahun 1948.

Israel kemungkinan menerima pengakuan garis batas pra-perang 1967, sebelum mencaplok Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Jerussalem Timur. Namun Israel menyatakan tak akan menandatangani perdamaian jika membahayakan keamanan negaranya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengatakan, jika ada kesepakatan, itu juga harus disetujui rakyatnya.

Di tengah perbedaan sikap dua kubu, Kerry masih optimistis. "Waktunya akan tiba ketika dua pemimpin harus membuat keputusan yang sulit. Kami mendekati titik itu," kata Kerry.

Selang sehari setelah Kerry meninggalkan Israel, Pemerintahan Netanyahu mengumumkan tender pembangunan 1.400 rumah baru, termasuk di Yerusalem Timur. Sekretaris Jenderal Peace Now, Yariv Oppenheimer, menyebut langkah ini "Bisa merusak upaya perdamaian dan menghancurkan langkah Kerry." Peace Now adalah organisasi pemantau aktivitas pembangunan pemukiman baru untuk warga Yahudi.

Reuters | Time | Digital Journal | Daily Telegraph | CBS News | Abdul Manan

Berita terkait

Lee Young Ae Donasikan 50 Juta Won untuk Bantu Anak-anak di Gaza

22 November 2023

Lee Young Ae Donasikan 50 Juta Won untuk Bantu Anak-anak di Gaza

Donasi dari Lee Young Ae akan diberikan untuk mendukung perawatan medis bagi anak-anak di zona konflik jalur Gaza

Baca Selengkapnya

Luhut Berkisah Kondisinya di Singapura: Sudah Olahraga dan Terima Kunjungan Utusan Joe Biden

18 November 2023

Luhut Berkisah Kondisinya di Singapura: Sudah Olahraga dan Terima Kunjungan Utusan Joe Biden

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan kondisi terkini kesehatannya.

Baca Selengkapnya

Dikritik Bersikap Netral Atas Konflik Gaza, Selena Gomez Akan Tinggalkan Instagram

3 November 2023

Dikritik Bersikap Netral Atas Konflik Gaza, Selena Gomez Akan Tinggalkan Instagram

Selena Gomez menghapus akun Instagram-nya, setelah dikritik karena komentarnya mengenai konflik Gaza

Baca Selengkapnya

Elon Musk Belum Bisa Pasok Internet ke Gaza Lewat Starlink, Mengapa?

31 Oktober 2023

Elon Musk Belum Bisa Pasok Internet ke Gaza Lewat Starlink, Mengapa?

Meskipun layanan telekomunikasi telah pulih di Gaza, seruan untuk bantuan internet Starlink milik Elon Musk terus berlanjut.

Baca Selengkapnya

Keadaan Warga dan Infrastruktur di Jalur Gaza dan Israel Setelah 8 Hari Konflik

16 Oktober 2023

Keadaan Warga dan Infrastruktur di Jalur Gaza dan Israel Setelah 8 Hari Konflik

Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Jalur Gaza Utara merupakan salah satu bangunan yang hancur dengan kerusakan paling parah pada stasiun oksigen.

Baca Selengkapnya

Sudah Lewat 8 Hari Konflik Hamas Vs Israel di Jalur Gaza dalam Angka

16 Oktober 2023

Sudah Lewat 8 Hari Konflik Hamas Vs Israel di Jalur Gaza dalam Angka

Bagaimana keadaan masyarakat dalam konflik Hamas vs Israel di Jalur Gaza? Korban jiwa dari sipil terus bertambah.

Baca Selengkapnya

Israel Blokade Total Jalur Gaza, Bagaimana Kelangsungan Hidup Warga Gaza?

13 Oktober 2023

Israel Blokade Total Jalur Gaza, Bagaimana Kelangsungan Hidup Warga Gaza?

Blokade total yang dilakukan oleh Israel semakin membuat puluhan ribu warga Jalur Gaza sengsara

Baca Selengkapnya

Israel Blokade Total Jalur Gaza, Apa yang Dilakukannya?

13 Oktober 2023

Israel Blokade Total Jalur Gaza, Apa yang Dilakukannya?

Dalam menjalani hidupnya sehari-hari, sebagian warga Jalur Gaza juga sebenarnya bergantung pada Israel.

Baca Selengkapnya

Terjepit di Jalur Gaza

11 Oktober 2023

Terjepit di Jalur Gaza

Jutaan warga sipil di Jalur Gaza, Palestina, kini terjebak di tengah pertempuran antara antara militer Israel dan kelompok Hamas.

Baca Selengkapnya

Terkini: Kemendag Buka Suara Ancaman Aprindo Stop Minyak Goreng, Luhut Tagih Janji John Kerry

14 April 2023

Terkini: Kemendag Buka Suara Ancaman Aprindo Stop Minyak Goreng, Luhut Tagih Janji John Kerry

Aprindo ancam menghentikan penjualan minyak goreng di ritel karena utang rafaksi senilai Rp 344 miliar belum dibayar pemerintah. Kemendag buka suara.

Baca Selengkapnya