Badan Intelijen Inggris Digugat ke Pengadilan

Reporter

Editor

Abdul Manan

Sabtu, 5 Oktober 2013 21:06 WIB

Gedung GCHQ. Wikimedia.org

TEMPO.CO, London - Badan mata-mata Inggris, Government Communications Headquarters (GCHQ) menghadapi tantangan hukum di pengadilan Eropa atas klaim bahwa program pengawasan massalnya di internet telah melanggar privasi puluhan juta orang di Inggris dan Eropa.

Menurut laporan Guardian, 3 Oktober 2013, ada tiga kelompok yang mengajukan gugatan, yaitu Big Brother Watch, Open Rights Group, English PEN dan aktivis internet Jerman Constanze Kurz. Mereka mengajukan surat ke pengadilan hak asasi manusia Eropa dan menyatakan bahwa pengumpulan data dalam jumlah besar, termasuk isi email dan pesan media sosial, oleh badan mata-mata Inggris itu adalah ilegal.

Langkah ini menyusul adanya pengungkapan oleh whistleblower Amerika Serikat Edward Snowden bahwa GCHQ memiliki kapasitas untuk mengumpulkan lebih dari 21 petabyte data per hari. Ini setara dengan mengirimkan semua informasi dalam semua buku di perpustakaan Inggris sebanyak 192 kali setiap 24 jam.

Daniel Carey, pengacara di Deighton Pierce Glynn, yang menangani kasus ini, mengatakan: "Kami meminta pengadilan untuk menyatakan bahwa pengawasan tak terkendali terhadap banyak komunikasi internet di Eropa oleh pemerintah Inggris, dan sistem usang yang telah mengizinkan ini, melanggar hak privasi kita."

Dalam dokumen yang dibocorkan oleh Snowden ditunjukkan bahwa GCHQ dan kolega Amerikanya, National Security Agency (NSA), di mana Snowden pernah bekerja, telah mengembangkan kemampuan untuk melakukan pengawasan skala raksasa terhadap internet dan jaringan telepon seluler.

Hal ini dilakukan dengan menjaring dari server perusahaan internet dan mengumpulkan data mentah dari kabel bawah laut yang membawa lalu lintas data dunia web. Melalui dua program, yaitu Prism dan Tempora, GCHQ bisa menyapu sejumlah besar data pribadi, yang kemudian dibagi antara badan intelijen dua negara.

Pengungkapan soal adanya pengintaian di dunia internet ini telah menyebabkan kekhawatiran meluas di Eropa dan AS tentang kekuatan Inggris dan NSA untuk mengumpulkan komunikasi yang terjadi di dunia online. Pekan lalu, Lord King, mantan menteri pertahanan dari kubu konservatif , menyerukan peninjauan atas hukum yang digunakan untuk melegalkan praktik pengawasan dan teknik penyadapan.

Nick Pickles, direktur Big Brother Watch, salah satu kelompok yang menggugat kasus ini, mengatakan, sistem pengawasan saat ini tidak lagi sesuai dengan tujuannya. "Hukum yang mengatur bagaimana data internet diakses ditulis ketika hampir tidak ada orang memiliki akses broadband dan dimaksudkan untuk meliputi saluran telepon kawat tembaga," katanya.

"Parlemen tidak membayangkan atau berniat bahwa hukum-hukum itu mengizinkan untuk meraup rincian setiap komunikasi yang kami kirim, termasuk isinya, jadi benar bahwa GCHQ yang bertanggung jawab di pengadilan atas tindakan-tindakannya," kata Pickles.

Perundang-undangan utama yang digunakan oleh pemerintah Inggris untuk mengawasi pengumpulan data adalah Regulation of Investigatory Powers Act (Ripa). Ini telah berlaku sejak tahun 2000 dan digunakan oleh intelijen Inggris untuk memberikan kewenangan hukum untuk program Tempora, yang memberikan GCHQ, yang berbasis di Cheltenham, kemampuan untuk menyadap data dalam jumlah besar yang dibawa oleh kabel internet bawah laut. Secara terpisah, program Prism dibentuk untuk membantu Amerika Serikat memantau lalu lintas tersangka potensial di luar negeri yang digunakan juga oleh GCHQ untuk menghasilkan 197 laporan intelijen

Jim Killock , direktur eksekutif dari Open Right Group, mengatakan, perluasan pengawasan Inggris dan AS menciptakan risiko bagi semua orang dan menempatkan "derajat ekstrim kekuatannya di tangan dinas rahasia. "Ini diperburuk oleh kurangnya akuntabilitas demokratis dan pengawasan yudisial. Orang yang tinggal di Inggris, Eropa, Amerika Serikat dan di luar memerlukan pengadilan untuk melindungi hak-hak mereka dan memulai proses membangun kembali kepercayaan publik."

Gugatan hukum ini terjadi saat Dewan Eropa usai mengeluarkan resolusi yang menyerukan perlindungan yang lebih baik bagi pelapor (whistleblower) yang mengungkapkan pelanggaran yang dilakukan negara.

Guardian | Abdul Manan

Berita terkait

Khawatir Perang Dunia III, Inggris Mulai Siapkan Militernya

9 Oktober 2017

Khawatir Perang Dunia III, Inggris Mulai Siapkan Militernya

Inggris telah melakukan persiapan militer untuk menghadapi kemungkinan Perang Dunia III?yang dipicu?Korea Utara?

Baca Selengkapnya

Wisatawan Ditawari Berburu Hantu di Penjara Terangker di Inggris

22 September 2017

Wisatawan Ditawari Berburu Hantu di Penjara Terangker di Inggris

Inggris tantang wisatawan bernyali untuk berburu hantu di
/>
penjara paling angker, Shepton Mallet.

Baca Selengkapnya

Heboh, Warga Percaya Nama Big Ben Diganti Massive Mohammed

20 Agustus 2017

Heboh, Warga Percaya Nama Big Ben Diganti Massive Mohammed

Beberapa orang di Inggris benar-benar berpikir bahwa menara jam Big Ben akan diganti namanya menjadi Massive Mohammed.

Baca Selengkapnya

Ternyata, Ratu Elizabeth II Minum 6 Gelas Alkohol Setiap Hari

4 Agustus 2017

Ternyata, Ratu Elizabeth II Minum 6 Gelas Alkohol Setiap Hari

Rtu Elizabeth II meminum alkohol sejak sebelum makan siang

Baca Selengkapnya

Charlie Gard, Bayi yang Dikalahkan Hukum Akhirnya Meninggal  

29 Juli 2017

Charlie Gard, Bayi yang Dikalahkan Hukum Akhirnya Meninggal  

Charlie Gard, bayi usia 11 bulan yang telah menyedot perhatian sejumlah pemimpin dunia dan masyarakat internasional akhirnya meninggal

Baca Selengkapnya

Fokus ke Kerajaan, Pangeran Williams Pensiun Jadi Pilot

27 Juli 2017

Fokus ke Kerajaan, Pangeran Williams Pensiun Jadi Pilot

Pengalaman sebagai pilot helikopter ambulans membuat Pangeran William sangat peduli pada kesehatan mental

Baca Selengkapnya

Bocah 5 Tahun Didenda Rp 2,5 Juta Gara-gara Jualan Minuman

22 Juli 2017

Bocah 5 Tahun Didenda Rp 2,5 Juta Gara-gara Jualan Minuman

Bocah perempuan berusia 5 tahun terisak di hadapan ayahnya, menceritakan dirinya didenda Rp 2,5 juta gara-gara berjualan minuman lemon di dekat rumahnya.

Baca Selengkapnya

Punya Tato di Wajah, Pria Inggris Diusir dari Pesawat

21 Juli 2017

Punya Tato di Wajah, Pria Inggris Diusir dari Pesawat

Sebuah keluarga Inggris mengklaim diusir dari sebuah pesawat karena sang ayah memiliki tato di wajah.

Baca Selengkapnya

Inggris Memulai Perundingan Putaran Pertama Brexit

17 Juli 2017

Inggris Memulai Perundingan Putaran Pertama Brexit

Davis direncanakan bertemu negosiator Brexit dari Uni, Eropa Michel Barnier, dalam perundingan yang berlangsung selama empat hari di Brussels.

Baca Selengkapnya

Kecanduan Jose Mourinho, Nenek Ini Bikin 20 Tatto Pelatih MU

7 Juli 2017

Kecanduan Jose Mourinho, Nenek Ini Bikin 20 Tatto Pelatih MU

Seorang nenek di Inggris mendedikasikan tubuhnya dengan 20 tatto bergambar pelatih Manchester United, Jose Mourinho.

Baca Selengkapnya