Seorang pasukan militer Kenya berjaga di sekitar kawasan pusat perbelanjaan yang dijadikan tempat bersembunyi militan Somalia dalam menyandera warga di Nairobi, Kenya, (22/9). REUTERS/Siegfried Modola
Pada sebuah kesempatan wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, Senin, 23 September 2013, Amina Mohamed menerangkan, al-Shabab dalam aksinya tidak berdiri sendiri. "Yang mereka lakukan merupakan bagian dari aksi terorisme internasional," ujarnya.
Kepada koresponden Al Jazeera, James Bays, dia menjelaskan, sekitar 20 lelaki dan perempuan bersenjata berada terlibat dalam serangan. "Korban tewas dari para pelaku terdiri dari orang-orang yang memiliki kewarganegaraan berbeda."
Al-Shabab dan al-Qaeda mengumukan telah bersekutu pada Februari 2012. Mereka menunjuk komandan al-Shabab yang berbasis di Sudan, Abu Omar, sebagai pimpinan tertinggi kelompok ini. "Al-Qaeda adalah pemimpin sekaligus mentor kami," kata Omar.
Sementara itu, juru bicara pemerintah mengatakan bahwa seluruh sandera di pusat perbelanjaan Kenya berhasil dievakuasi. Pada adegan pembebasan itu, papar juru bicara, setidaknya tiga pejuang al-Shabab tewas, sedangkan di pihak militer, 10 orang mengalami luka-luka.
"Pasukan khusus kami berada di dalam gedung untuk memeriksa ruangan. Bangunan ini (mal) sangat luas," kata juru bicara pemerintah, Manoah Esipisu.
"Kami rasa, semuanya termasuk para sandera brhasil dievakuasi, namun kami tidak ingin memberikan kesempatan kepada para pelaku," ujarnya. "Pasukan khusus telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Saya rasa kami dekat dengan akhir drama penyanderaan."
Koresponden Al Jazeera, Mohamed Adow, melaporkan dari Nairobi, pasukan keamanan memprioritaskan pembebasan sandera. Setelah itu mereka melanjutkan operasi di Somalia melawan al-Shabab.