Sejumlah warga menyelamatkan diri dari Pusat Perbelanjaan Westgate di Nairobi, Kenya, Sabtu (21/9). Para pelaku penembakan menyerbu ke dalam mal di Nairobi, Sabtu, menewaskan setidaknya 39 orang dalam aksi terorisme ini dan menyebabkan warga berhamburan ke dalam toko, bioskop dan ke jalanan untuk mencari keselamatan. REUTERS/Siegfried Modola
TEMPO.CO, Nairobi – Tragedi berdarah mengguncang Kenya. Serangan yang mulai terjadi pada Sabtu siang waktu setempat telah menewaskan setidaknya 68 orang. Kelompok militan Al Shabaab mengklaim mereka lah yang berada di balik penyerangan ini.
Dikutip dari laman Reuters, Al Shabaab menuntut Kenya untuk menarik pasukannya dari Somalia. Menurut Al Shabaaab, pasukan Kenya telah melakukan serangan kepada warga muslim tak bersalah di Somalia.
Sementara itu, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta berjanji untuk melumpuhkan para penyerang. Dalam pidato pada hari Minggu, ia berjanji untuk menghukum dalang penyerangan dengan “cepat dan menyakitkan”.
Namun, juru bicara operasi militer Al-Shabaab justru mengejek sang presiden dan menyatakan, bahwa penyerangan akan terus berlanjut di berbagai lokasi jika pasukan Kenya tak kunjung ditarik dari Somalia.
“Di mana Uhuru Kenyatta mendapatkan kekuatan untuk mengancam kami?” ujar Sheikh Abu Musab Abdiasis, juru bicara operasi militer Al-Shabaab, kepada Reuters di Somalia.
“Pasukan Kenya adalah (pasukan) terlemah di Afrika. Kami telah memerangi pasukan Kenya selama dua tahun. Jika Uhuru menginginkan perdamaian, ia harus menarik pasukannya dari Somalia,” katanya.
Bahkan, Abu Musab menantang Uhuru. Daripada Uhuru hanya mengancam dan menggertak, lebih baik ia mengambil senjatanya sendiri dan bertemu pasukan Al Shabaab di garis depan. Al Shabaab adalah kelompok militan di Somalia, yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.