TEMPO.CO, Manila - Muslim Filipina menyandera sedikitnya 200 warga pesisir pantai di selatan Filipina setelah mereka meluapkan amarahnya. "Akibat amuk mereka, setidaknya enam orang tewas," tulis meda setempat, Senin, 9 September 2013.
Menurut juru bicara militer Letnan Kolonel Ramon Zagala, Senin, 9 September 2013, pertempuran terjadi setelah pasukan pemerintah didukung tank mengepung pemberontak Front Pembebasan Bangsa Moro (MNLF) yang mencoba memasuki Kota Zamboanga dengan mengibarkan bendera di balaikota.
Dalam pertempuran tersebut, papar pejabat militer yang tak disebutkan namanya, setidaknya enam orang tewas termasuk seorang anggota Angkatan Laut, serta 220 orang warga sipil disandera pemberontak.
Zagala mengatakan, para sandera itu dijadikan tameng hidup, namun juru bicara Angakatan Bersenjata FIliipina, Brigadir Jenderal Domingo tutaan mengatakan, sekitar 200-300 orang mendarat di sebuah desa yang dikuasai oleh pemberontak.
Beberapa pejabat militer mengatakan, mereka telah mengamankan sejumlah rumah sakit dan sekolah tetapi pertempuran masih terus berlangsung. Sedangkan bandar udara ditutup.
Claire Jose, seorang petugas kesehatan di Zamboanga, mengatakan kepada Al Jazeera, kota nampak seperti kota hantu sebab rumah-rumah atau toko tutup. "Kami berdiam diri dalam rumah," kata Jose.
Semenara itu, Abdul Sahrin, Sekretaris Jenderal MNLF, menyalahkan faksi Nur Misuari yang melancarkan serangan. Misuari adalah bekas pemimpin MNLF yang sebelumnya melakukan perdamaian dengan Pemerintahan Filipina.