TEMPO.CO, TAIPEI—Sekitar sepuluh ribu warga Taiwan menggelar unjuk rasa di ibu kota Taipei, Sbtu 20 Juli 2013. Aksi ini merupakan bentuk protes atas kematian seorang kopral, Hung Chung-chiu, yang diduga terjadi akibat tindak penganiayaan di dalam tubuh militer Taiwan, dua pekan lalu.
Demonstran yang berkumpul di depan gedung Kementerian Pertahanan Taiwan, memegang poster bertuliskan “Pembunuh” dan “Kami ingin kebenaran.” Lagu cibiran terhadap militer juga dinyanyikan bersama dengan aksi teatrikal yang menunjukkan keengganan atasan Hung memberikan air minum meski korban sudah memohon.
Paman korban, Hu Shih-ho, berharap Presiden Ma Ying-jeou dan Menteri Pertahanan, Kao Hua-chu, membuka mata dan mendengarkan tuntutan warga Taiwan. “Begitu banyak orang yang hadir saat ini menuntut kebenaran,” kata Hu, dengan sedih.
Di hadapan massa, Wakil Menteri Pertahanan Andrew Yang memohon maaf atas kematian Hung. “ Saya meminta maaf kepada Anda semua,” tuturnya sembari membungkuk menghadap massa. “Tolong beri kami kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan mencari kebenaran.”
Media lokal melaporkan sebelum kematiannya, Hung sempat dihukum penjara karena ketahuan membawa ponsel pintar ke dalam barak. Dia tewas hanya tiga hari menjelang akhir wajib militernya. Akibat insiden ini, empat pejabat militer ditahan atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan. Militer juga menghukum disipliner 26 staf lain.
L CHANNEL NEWSASIA | SITA PLANASARI AQUADINI
Berita terkait
Komnas HAM Catat Ada 12 Peristiwa Kekerasan di Papua pada Maret-April 2024
18 hari lalu
Komnas HAM mendesak pengusutan kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Papua secara transparan oleh aparat penegak hukum
Baca SelengkapnyaPrajurit Siksa Warga Papua, Kapuspen: TNI Bukan Malaikat
34 hari lalu
Kapuspen TNI menyebut jumlah anggota TNI ribuan, sedangkan yang melakukan penyiksaan hanya sedikit.
Baca SelengkapnyaAmnesty International: Penganiayaan di Papua Berulang karena Pelaku Tak Pernah Dihukum
40 hari lalu
Amnesty Internasional mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh.
Baca SelengkapnyaKontraS Minta Panglima TNI Segera Bahas Reformasi Peradilan Militer
6 Oktober 2021
Hasil pemantauan KontraS selama Oktober-2021-September 2021 menunjukkan reformasi peradilan militer jalan di tempat.
Baca SelengkapnyaSerial Netflix Populer Ungkap Pelecehan yang Terjadi di Militer Korea Selatan
16 September 2021
Serial Netflix Deserter Pursuit memicu perdebatan tentang militer Korea Selatan karena menceritakan pelecehan dan kekerasan selama wajib militer.
Baca Selengkapnya2 Anggota Lakukan Kekerasan ke Warga Papua, TNI AU Minta Maaf
27 Juli 2021
TNI AU menyatakan penyesalan dan meminta maaf atas insiden dua anggotanya yang melakukan kekerasan terhadap seorang warga Papua di Merauke.
Baca SelengkapnyaJokowi Diminta Investigasi Kasus Kekerasan di Paniai Papua
5 Juli 2018
Amnesti Internasional Indonesia meminta Jokowi membentuk tim investigasi guna mengungkap kasus kekerasan yang terjadi di Paniai, Papua.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Dokter Militer dan Petugas Bandara Bersepakat Ini
8 Juli 2017
Keduanya menyepakati bentuk pertanggungjawaban Guyum setelah menampar adalah meminta maaf secara tertulis kepada Fery, institusi, dan PT Angkasa Pura.
Baca SelengkapnyaTampar Petugas Avsec Bandara, Dokter Militer Mengaku Refleks
8 Juli 2017
Jumat malam, polisi melepas Guyum setelah menandatangani kesepakatan damai dan bersalaman dengan Fery.
Baca SelengkapnyaBerdamai, Polisi Melepas Dokter Militer Penampar Petugas Bandara
8 Juli 2017
Guyun mengaku salah dan meminta maaf atas penamparan yang dilakukannya. "Proses damai berjalan lancar tanpa ada intervensi pihak manapun."
Baca Selengkapnya