TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim bertandang ke Indonesia. Dalam kunjungannya di Jakarta, Anwar mengundang sejumlah media di Hotel Crown, Ahad, 16 Juni 2013, untuk berbincang soal kecurangan pemilihan umum di Malaysia yang diselenggarakan April lalu.
Anwar menceritakan 'serangan' partai koalisi pro pemerintah, Barisan Nasional, yang digawangi partai UMNO terhadap kelompok oposisi, Pakatan Rakyat. Saat masa kampanye, kata Anwar, partai oposisi diserang melalui media massa yang dia klaim sudah dibeli oleh partai penguasa. "Selama 24 jam kami diserang melalui siaran di televisi, isu-isu dihembuskan," kata Anwar.
Contohnya, menurut Anwar, adanya isu bahwa jika Anwar Ibrahim terpilih sebagai Perdana Menteri, ia akan mengkristenkan Malaysia. "Bagi masyarakat yang tahu isu itu bakal ketawa, tapi masyarakat yang di pedalaman banyak yang termakan, mungkin mereka khawatir," ujarnya.
Lantaran partai penguasa menguasai media massa, kata Anwar, partai oposisi tak punya sarana kampanye. Satu-satunya cara kampanye dengan menyebar pamflet. Namun upaya ini sering kali menuai petaka, beberapa kader Anwar ditangkap polisi saat menyebarkan pamflet tanpa tuduhan jelas. "Setidaknya ada 25-30 anak muda kami ditangkap," kata Anwar.
Kecurangan berlanjut hingga pemilihan umum tiba. Anwar mengaku menemukan praktik politik uang saat pemilihan umum berlangsung. Dia menemukan sejumlah masyarakat mendapat duit 500 ringgit. Dia juga menuding komisi pemilihan umum Malaysia tak netral, sebab terlalu membela partai penguasa. Dia menyebut KPU Malaysia tak profesional. Sebagai contoh tak ada pengawasan yang jelas saat pemilihan dan penghitungan suara dilakukan. Sehingga rawan terjadi kecurangan.
Bahkan Anwar menyebut tinta tanda peserta pemilu dipalsukan KPU Malaysia. Tinta yang seharusnya permanen diganti menjadi tinta biasa yang mudah dihapus. "Bahkan lucunya di tengah pemilu ada yang mati lampu, ini kan rentan kecurangan," katanya.
Akibat kecurangan itu, partai penguasa dinyatakan menang. Sementara data yang Anwar punya menyatakan partai oposisinya menang lebih dari 50 persen. Anwar dan partai oposisi berjanji tetap kukuh mempertanyakan pemilihan umum Malaysia. Dia meminta lembaga pengawas pemilu Malaysia untuk mengusut dugaan kecurangan ini. Termasuk meminta pejabat KPU Malaysia untuk lengser dan bertanggungjawab. Berita internasional tentang Malaysia lainnya klik di sini.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.