Snowden Siap Lawan Upaya Ekstradisi

Reporter

Editor

Nur Haryanto

Jumat, 14 Juni 2013 08:16 WIB

Edward Snowden. AP/The Guardian

TEMPO.CO, Hong Kong -- Bekas teknisi komputer Badan Telik Sandi Amerika Serikat (CIA), Edward Snowden, bersumpah akan melawan segala upaya ekstradisi terhadapnya dari Hong Kong. Sikap itu ditegaskan pemuda 29 tahun yang nekat membocorkan rahasia intelijen Negeri Abang Sam itu dalam wawancara khususnya dengan South China Morning Post.


"Saya tidak berkhianat atau berusaha menjadi pahlawan. Saya hanya orang Amerika biasa," kata Edward. Wawancara tersebut ia lakukan dengan jurnalis koran nomor satu di Hong Kong itu pada Senin lalu. Ini merupakan pertama kalinya ia berbicara kepada media setelah kabur dari kamar hotelnya di sana.


Kepada South China Morning Post, Snowden menjelaskan bahwa kepergiannya dari Hawaii pada 20 Mei lalu bukan untuk bersembunyi, melainkan mengungkapkan aksi kriminalitas yang dilakukan Badan Keamanan Nasional Amerika (NSA).


Snowden berharap otoritas Hong Kong tidak menuruti keinginan Amerika Serikat agar ia diekstradisi, meski ia tahu bahwa kedua negara itu memiliki perjanjian ekstradisi.


"Saat ini saya merasa tak aman lantaran pemerintah Amerika Serikat memburu dan menekan agar saya diekstradisi. Tujuan saya ke sini untuk meminta perlindungan dan keadilan,” kata lelaki yang pernah berencana meminta suaka ke Islandia itu.


Advertising
Advertising

Berdasarkan bocoran Snowden, Guardian dan Washington Post mengungkap dua program pemantauan yang dilakukan pemerintah Amerika. Pertama, program pemantauan hubungan telepon ratusan juta warga Amerika setiap hari guna menciptakan suatu database untuk mengendus komunikasi tersangka teroris.


Program kedua bernama PRISM, yang diduga sudah dijalankan sejak 2007. Melalui program ini, NSA dan FBI bisa secara langsung menyadap sembilan jaringan perusahaan Internet terkemuka, seperti Microsoft, Yahoo!, Google, Facebook, PalTalk, YouTube, Skype, AOL, dan Apple.


Snowden juga mengungkapkan informasi baru bahwa sejak 2009, Negeri Abang Sam telah menyadap segala hubungan komunikasi yang dilakukan di Cina dan Hong Kong. Yang menjadi target adalah pejabat publik, universitas, serta jejaring bisnis Negeri Panda dan tetangganya itu.


"Amerika telah meretas jaringan tulang punggung, seperti router Internet besar di Hong Kong dan Cina, pada dasarnya, yang memberi akses komunikasi ratusan ribu komputer tanpa harus menjebol satu per satu," kata Snowden.


Belum ada tanggapan dari Washington mengenai pernyataan terbaru Snowden ini. Sebagian warga mendukung aksi Snowden dan menyebutnya sebagai pahlawan. Sebagian lainnya menuding pria itu sebagai pembocor rahasia negara yang harus dihukum.



BBC| Reuters| Sandy Indra Pratama


Terhangat:
Mucikari SMP | Taufiq Kiemas | Rusuh KJRI Jeddah


Baca juga:

Barca Tawar Torres Rp 263 miliar

MU Berharap Bale ke Real Madrid

Messi Dituding Menggelapkan Pajak Rp 52 Miliar

PSG Bidik Andre Villas-Boas

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya